Samuel Tabuni

Samuel Tabuni

JAYAPURA (PB) : Samuel Tabuni, Tokoh muda asal Pegunungan Tengah Papua, Samuel Tabuni yang belakangan namanya kian tersohor menyusul sikap legowo tak menggugat hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) kabupaten Nduga, meski kalah tipis dari pasangan Petahana, kian focus pada masalah pendidikan di Papua.

Keinginannya mengubah paradigma masyarakat Papua denga focus sector pendidikan agar diketahui secara global, salah satunya dengan mendirikan sekaligus menjabat Direktur Eksekutif Papua Language Institute serta Ketua Yayasan Maga Edukasi Papua.

Hanya saja, hal itu pula membuatnya mengirim surat terbuka pada Presiden Joko Widodo alias Jokowi karena beberapa hal, diantaranya tak diizinkannya media asing masuk dan memberitakannya.

Berikut isi Surat Samuel Tabuni kepada Presiden Jokowi sebagaimana diterima redaksi papuabangkit.com

SURAT TERBUKA UNTUK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA JOKO WIDODO
DARI ANAK PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA, SAMUEL TABUNI

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh, Shaloom, dan Salam Sejahtera,

Teriring salam dan doa saya bagi Bapak Presiden yang sangat saya hormati dan banggakan. Semoga Rahmat Allah Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan Bapak kesehatan, kekuatan, kesabaran, kerendahan hati dan semangat untuk terus berkarya, membangun, menjaga kebhinnekaan dan memimpin kami sebagai bangsa yang besar ini dengan penuh cinta kasih dan ketulusan.

Perkenankanlah saya, Samuel Tabuni, asal Pegunungan Tengah Papua, tepatnya dari Kabupaten Nduga yang pernah Bapak kunjungi beberapa waktu lalu. Saya adalah mantan calon Bupati termuda dari Kabupaten Nduga yang ikut dalam kontestasi Pemilukada 15 Februari 2017 lalu di Kabupaten Nduga dan memilih menerima kekalahan dengan kebesaran hati saya untuk menghindari pertumpahan darah karena perang saudara antara pendukung saya dengan pendukung calon Bupati Petahana. Hal ini saya lakukan karena ketulusan dan komitmen saya terhadap perdamaian di Kabupaten Nduga.

Dengan komitmen yang tinggi itu pula, saya terus berusaha dalam peran sebagai mediator dan rekonsiliator agar supaya wilayah yang pernah terjadi perang saudara ini dan mengakibatkan banyak korban jiwa pada beberapa waktu lalu, tetap menjadi wilayah yang aman dan damai dan harus terus didorong dalam percepatan pembangunan terutama pembangunan sumber daya manusia yaitu melalui peningkatan kualitas mutu pendidikan di daerah tersebut. Karena dengan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas, saya percaya akan mendorong peningkatan kualitas hidup sehingga semua saudara-saudara saya makin terbuka pemikirannya untuk memahami bahwa perang saudara, saling bertikai bahkan saling membunuh untuk menyelesaikan sebuah permasalahan bukanlah jalan yang terbaik, karena itu sebuah perbuatan pidana dan melanggar hukum Tuhan.

Bapak Presiden yang saya hormati dan cintai, saya juga adalah seorang Pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Papua Language Institute serta Ketua Yayasan Maga Edukasi Papua yang tergerak secara tulus ikhlas ingin membangun masa depan pendidikan di Papua menjadi lebih baik, melalui institut bahasa yang baru saja saya dirikan pada bulan April 2017 ini. Keinginan ini lahir karena keprihatinan saya yang sangat mendalam melihat persoalan pendidikan termasuk kesehatan di Papua yang masih sangat memprihatinkan secara khusus di wilayah pedalaman dan pengunungan Papua.

Bapak Presiden yang saya banggakan, sehubungan dengan keinginan tersebut saya ingin sekali potret pendidikan di Papua ini menjadi perhatian semua pihak tidak hanya pemerintah tapi juga masyarakat secara luas untuk bersama-sama memberikan perhatian yang besar, saling bahu-membahu dalam membantu pengembangan pendidikan di Papua ke arah yang lebih baik. Olehnya itu, dengan kesungguhan hati, akhirnya saya telah dapat memulainya yaitu mendorong peningkatan kemampuan berbahasa yang lebih baik, terutama penggunaan bahasa asing secara khusus bahasa Inggris. Yang mana merupakan cita-cita saya agar kelak di Papua bahasa Inggris dapat menjadi bahasa pengantar kedua selain bahasa Indonesia. Saya tidak kuatir dengan perkembangan bahasa Indonesia di Papua, karena sebagaimana pernah dilansir oleh Direktorat Jenderal Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional beberapa waktu silam, bahwa penutur bahasa Indonesia terbaik di Indonesia adalah rakyat di Papua, oleh karena bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar yang telah lama ada dan berfungsi untuk merekatkan komunikasi beragam suku bangsa yang ada di Tanah Papua.

Bapak Presiden yang saya kasihi, perkembangan pendidikan di Papua memang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius serta perlu dipublikasi kepada khayalak luas, agar dapat selalu dikawal dan terhindar dari berbagai praktek korupsi, kolusi dan nepotisme, yang hanya memanfaatkan anggaran pembangunan sektor pendidikan di Papua menjadi keuntungan pribadi semata. Sudah tentu untuk mempublikasikannya diperlukan dukungan dan kerjasama dengan berbagai media sehingga transparansi pembangunan pendidikan di Papua menjadi lebih baik dan sehat.

Bapak Presiden yang saya hormati, berdasarkan pemikiran itulah saya mengambil inisiatif untuk mengundang berbagai media cetak dan elektronik baik lokal, nasional bahkan internasional untuk datang ke Papua menghadiri acara peresmian lembaga pendidikan bahasa yang saya dirikan. Namun saya sangat kecewa, karena media internasional yang saya undang tersebut tidak bisa masuk ke Papua karena berbagai kesulitan terkait masalah keimigrasian yang rumit saat mereka tiba di Jakarta. Sebagai warga negara yang baik, saya paham bahwa sudah menjadi prosedur tetap dimana setiap warga negara asing yang masuk ke Indonesia harus melalui proses pemeriksaan keimigrasian yang sepatutnya. Karena Indonesia juga merupakan negara yang terbuka bagi peliputan semua media di dunia termasuk media mainstream, makanya saya percaya Bapak tentu juga menginginkan agar promosi Indonesia terutama di bidang pendidikan perlu dipublikasikan ke seluruh dunia untuk mengangkat Indonesia sebagai negara yang maju dalam dunia pendidikan.

Bapak Presiden yang baik hati, terkait dengan terhambatnya kedatangan media internasional tersebut untuk memasuki Papua, membuat saya menjadi bertanya bagaimana dengan komitmen dan ketegasan Bapak Presiden beberapa waktu lalu ketika membuka wilayah Papua menjadi wilayah yang terbuka bagi peliputan media termasuk media internasional. Larangan terhadap kedatangan dan peliputan media internasional di Papua sudah Bapak cabut karena Bapak berkomitmen untuk menghilangkan perasaan saling mencurigai atas berbagai pemberitaan soal Papua.  Atas larangan itu pula, saya melihat adanya keinginan Bapak yang besar agar peran media termasuk media internasional dapat membantu memberikan masukan korektif dan evaluatif secara konstruktif dan menyeluruh terhadap berbagai perkembangan pembangunan termasuk pendidikan di Papua.

Bapak Presiden yang saya muliakan, saya pahami bahwa upaya menghambat atau membatalkan kunjungan media internasional tersebut ke Papua adalah bukti nyata upaya menghilangkan itikad baik Bapak Presiden atas peran serta dan dukungan media secara khusus media internasional untuk mempublikasikan berbagai kebijakan pembangunan di Papua secara meluas. Apalagi pembangunan di Papua adalah bagian dari misi utama Bapak dalam rangka percepatan pembangunan kawasan timur Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan milenium atau Millenium Development Goals (MDG’s), dimana pemerintahan Bapak ikut memberikan dukungan penuh terhadap pencapaian program tersebut. Bahkan dalam rangka misi itu pula saya memahami bahwa pemerintahan Bapak juga sudah menjalin kerjasama antar pemerintah di kawasan 10 ASEAN dalam rangka mengawal berbagai perkembangan isu strategis terkait perburuhan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi dan keamanan. Termasuk pula kerjasama dengan negara-negara Pasifik Selatan, seperti Melanesian Spearhead Group atau MSG untuk tujuan yang kurang lebih sama yaitu saling menopang dalam pembangunan bidang pendidikan, keamanan, pemberdayaan ekonomi dan kebudayaan.

Bapak Presiden yang saya cintai, saya percaya Bapak masih berkomitmen penuh dengan pencabutan pelarangan peliputan media internasional di Papua dan karena itu saya sangat berharap Bapak dapat membantu memberikan jalan terbaik agar upaya-upaya pelarangan peliputan oleh media internasional di Papua tidak lagi terjadi. Karena saya pahami pula bahwa pelarangan tersebut adalah bagian dari pelanggaran HAM karena merampas hak khalayak luas untuk mendapatkan informasi yang selayaknya mengenai pembangunan di Indonesia secara khusus di Papua.

Bapak Presiden yang saya banggakan, saya pahami juga bahwa ambisi untuk membangun Papua menjadi daerah yang maju dan sejahtera adalah ambisi yang mulia. Ambisi ini tentunya adalah hal yang objektif dan konstruktif. Namun demikian saya pahami pula bahwa ambisi ini hanya dapat diwujudkan dengan kerja keras yang transparan dan professional serta tidak korupsi. Karenanya saya percaya ambisi Bapak tersebut akan selalu seiring sejalan dengan berbagai kebijakan populis yang sedang Bapak kerjakan di Papua secara khusus terhadap pemajuan indeks pembangunan manusianya agar kelak di kemudian hari Papua juga dapat melahirkan pemimpin-pemimpin hebat seperti Bapak di bumi ibu Pertiwi ini.

Namun dengan realitas pendidikan di Papua saat ini terutama di wilayah pedalaman dan pegunungan, membuat saya terus bertanya dapatkah Papua dibangun dengan lebih baik dalam situasi dimana masih ada kecurigaan-kecurigaan aparatur negara di Jakarta yang masih ingin Papua menjadi wilayah yang tertutup dalam berbagai pemberitaan media secara khusus pemberitaan media internasional. Bagi saya jelas, bahwa upaya penghambatan peliputan dan pemberitaan media itulah yang menyebabkan banyak orang di pedalaman dan pegunungan Papua merasa negara tidak hadir dan tidak berpihak kepada mereka. Dan karena itu pula mereka masih menjadi yang terbelakang dari berbagai aspek dan terlemah atau jauh dari berbagai keberhasilan seperti saudara-saudaranya di provinsi lain di Indonesia.

Bapak Presiden yang saya muliakan, Tanah Papua membutuhkan banyak anak-anak Papua yang memiliki kecerdasan, kapasitas dan kompetensi, bermutu dan sangat berpendidikan. Tidak selamanya Orang Papua harus menjadi PNS, atau anggota Partai Politik untuk mengatur Papua yang besar ini. Anak-anak Papua membutuhkan pendidikan yang lebih baik, bermutu dan berkualitas. Dan karena masih banyak agenda pembangunan yang harus difasilitasi oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, maka saya pahami bahwa trust building sangat perlu dijadikan kebutuhan moral utama termasuk merit system yang kuat, dan didukung penuh oleh keterbukaan informasi dan teknologi. Karenanya saya bermohon agar kecurigaan-kecurigaan terhadap media di Papua terutama masuknya media internasional tidak lagi menjadi alat politik justifikasi yang dapat berdampak buruk bagi dukungan dan komitmen masyarakat internasional terhadap transparansi serta keberpihakan negara ini terhadap pembangunan sumber daya manusia di Papua.

Mengakhiri surat terbuka ini, saya ingin memohon bantuan dan dukungan Bapak agar rekan saya seorang jurnalis senior bernama Michel Maas yang bekerja sebagai koresponden se-asia pada kantor the Asia Correspondent for Dutch broadcaster NOS (Radio and TV), dapat diijinkan ke Papua untuk membantu saya meliput berita khusus Pendidikan di Kabupaten Nduga, Papua-Indonesia.

Demikian penyampaian saya. Atas dukungan, perhatian dan kesediaan Bapak Presiden membaca surat ini, saya ucapkan terima kasih.
Wassalam, Tuhan memberkati kita!
Jayapura, 26 April 2017

Samuel Tabuni

(Admin)

Facebook Comments Box