Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, bersama sang istri tercinta,Stefra Sopora Dupuy.

Hari  ini, 23 Agustus 2017, Wakil Gubernur Klemen Tinal, merayakan HUT-nya yang ke 47. Siapa sesungguhnya lelaki kekar yang mendampingi Gubernur Lukas Enembe, memimpin Papua sejak 9 April 2013 ini?

Sosok Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, SE.MM ada­lah penggemar catur. Masih teringat ketika Majalah Papua Bangkit menyambanginya untuk wawancara pada medio Januari 2013 di SwissBell-Hotel, ia sedang asyik bermain catur dengan salah seorang koleganya.

“Sabar ya, saya selesaikan ini dulu,” kata suami dari Stefra Sopora Dupuy ini.

Klemen juga seorang pemikir yang brilian. Dalam catatan sejumlah wawancara yang dilakukan war­tawan dengannya, ia berulangkali menekankan pentingnya kemandi­rian ekonomi di Papua. Suatu model pembangunan ekonomi yang harus dirumuskan secara cermat dan tajam seperti bermain catur agar rakyat tidak kalah dalam percaturan di dalamnya.

Klemen Tinal saat dilantik menjadi Ketua Harian KONI Papua.

Klemen, sosok yang energik, selalu ceria, dan peggemar beberapa olahraga. Selain catur, tinju adalah salah satunya. Kepeduliannya terhadap prestasi olahraga di Papua pun ditunjukkannya secara nyata. Pada 2011, ia sempat menggelar Tinju Papua Mandiri Cup dan mendapat an­tusiasme yang luar biasa. Kecintaannya terhadap bidang olahraga inilah membuat Gubernur Lukas memilih dan mengangkatnya menjadi Ketua Harian KONI Papua menggantikan Ir. Henock Macbon.

“Papua ini gudang atlit dari dulu. Bidang olahraga apa yang kita tidak bisa? Secara fisik, kita punya keung­gulan, juga banyak anak tumbuh menjadi atlit dengan bakat alamnya. Tinggal kita gali dan kembangkan mereka, kembalikan kejayaan Papua di pentas olahraga nasional bahkan Internasional. Kita bisa,” ujar Klemen optimis.

 Bupati Termuda

Klemen Tinal, SE.MM lahir di Kampung Beoga, Dis­trik Kebo, Kabupaten Paniai, 23 Agustus 1970. Tanggal 9 April 2017, ia dilantik menjadi wakil gubernur Papua periode 2013-2018 oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mendampingi gubernur terpilih Lukas Enembe, SIP.MH.

“Ya, ini campur tangan Tuhan, yang mempertemukan saya dan Pak Lukas untuk berduet memimpin Papua lima tahun ke depan. Dan Tuhan memberi kesempatan itu kepada kami, ” ujar Klemen.

Klemen Tinal bersama keluarganya.

Putra dari Mama Elisabeth Kiwak (Alm) dan Bapa Pdt. Abdiel Tinal, S.Th ini adalah sosok yang murah senyum dan bergaul dengan semua kalangan. Ia datang dari keluar sederhana. Sejak kecil, kedua orang tuanya tercinta membekali Klemen dengan pendidikan moral dan budi pekerti yang membuat dirinya tumbuh men­jadi pribadi yang kuat, tegar dan tak pernah takluk pada tantangan.

“Sebagai anak pertama dalam keluarga, yang menjadi harapan orang tua dan adik-adikku, saya harus mandiri dan bekerja demi menghidupi orang tua di masa tua mereka dan membiayai kuliah adik-adik saya,” tulis Klemen dalam buku biografinya berjudul Papua Bangkit Menuju Mandiri dan Sejahtera.

Klemen Tinal bersama Mendagri pada sebuah kesempatan.

Pendidikan jugalah yang menghantar seorang Kle­men Tinal menjadi pemimpin hingga terpilih sebagai wakil gubernur Papua hari ini. Klemen mengisahkan, saat ia duduk di Kelas IV SD Negeri YPJ Tembagapura tahun 1980, salah seorang gurunya dari Kei-Maluku, meminta ia dan teman-temannya di kelas itu untuk menuliskan cita-cita mereka masing-masing.

“Entah apa yang menginspirasi saya, tiba-tiba kertas kosong saya itu segera saya tulis dengan enam huruf yang saya rasa asing waktu itu: BUPATI,” ujar Klemen.

Ya, dalam usia yang masih muda, belum tahu apa-apa tentang politik, Klemen bercita-cita menjadi bupati. Aneh memang. Apalagi di masa itu, ia belum pernah me­lihat sosok bupati karena ia tinggal di daerah terpencil. Klemen hanya sering mendengar ayahnya menceritakan kepadanya tentang sosok bupati yang ditemuinya.

Ketika kuliah di Universitas Surapati Bandung dan membaca buku-buku psikologi karya Erich Fromm, Klemen baru mengerti. Ternyata keinginan atau cita-citanya yang spontan ditulisnya itu adalah bentuk reaksi alam bawah sadarnya tentang kenyataan masa depan yang ingin dicapainya.

“Sejak itu, saya bertekad mewujudkan cita-cita yang telah saya tulis: SAYA INGIN MENJADI BUPATI,” kata Klemen.

Demi mewujudkan impiannya itu, selama di tempat kuliah, Klemen mulai mempersiapkan diri, terutama mengasah bakat kepemimpinannya dengan giat ber­organisasi. Saat mengenyam pendidikan di SMP YPJ Tembagapura, ia dipilih menjadi Ketua OSIS periode 1983-1984. Di SMA Negeri 1 Bandung, ia pun men­jadi Wakil Ketua OSIS (1986-1987) dan Ketua Asrama Papua di Bandung (1988-1990).

Dari organisasi yang kecil inilah, sejumlah keper­cayaan memimpin organisasi yang lebih besar berda­tangan di pundak Klemen. Tercatat, ia pernah menjadi Ketua Perhimpunan Mahasiswa se-Jawa dan Bali tahun 1990-1991, Ketua Organisasi Tongoi of Papuanese PT. Freeport Indonesia tahun 1998-2001, Ketua Pemuda Pancasila Provinsi Irian Jaya (1997-2001), hingga men­jadi Ketua Partai Golongan Karya Kabupaten Mimika (2003-2006), Ketua Badan Kerjasama Percepatan Pem­bangunan Kawasan Pegunungan Tengah dan Selatan Papua (PTSP) tahun 2003-2006, dan Bupati Mimika dua periode merangkap Ketua Pertina Provinsi Papua hingga sekarang.

Klemen Tinal saat diwawancarai wartawan.

“Kepercayaan terus mengalir di pundak saya, ketika saya diangkat menjadi Komisaris PT. Freeport Indo­nesia tahun 2001-2004. Saat itu, roda pemerintahan Kabupaten Mimika ada di tangan saya selaku Bupati Mimika,” katanya.

Masih tersimpan dalam memorinya, saat itu, Jumat 14 Desembar 2001. Klemen dilantik oleh Gubernur Papua, J.P. Salossa (alm.) di Timika menjadi Bupati Mimika periode 2001-2006. Dalam usia masih sangat muda yakni 31 tahun, ia sudah mencatat sejarah sebagai bupati termuda di Papua dan Indonesia. Karir politik ini kembali ia torehkan ketika terpilih kembali menjadi Bupati Mimika tahun 2008 lalu.

“Saya seperti tak percaya, dalam usia semuda itu, saya bisa mencapai cita-cita masa kecil saya. Tetapi itulah anugerah Tuhan yang saya terima dalam hidup. Tuhan sungguh adil merancang hidup saya. DIA selalu menepati janji-NYA, setelah menguji saya untuk mele­wati jalan hidup penuh onak dan duri. Dan saya sangat mensyukuri semuanya,” ujar Klemen.

Usai memimpin Mimika dua periode, Klemen pun digandeng Lukas untuk maju ke Pilgub. Sebuah prestasi politik kembali ditorehkannya. Sehari sebelum ia dilan­tik menjadi wakil gubernur, pada tanggal 8 April 2013 Klemen terdahulu dilantik menjadi Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Papua. Pelantikan berlangsung di Ho­tel Horison Jayapura oleh Korwil Pemenangan Pemilu Wilayah Timur DPP Partai Golkar, Tony Uloly.

Klemen Tinal bersama Lukas Enembe pada sebuah kesempatan.

“Saya berharap seluruh kader Golkar. Harus bersatu menyerahkan pikiran kita pada Tuhan semoga partai Golkar untuk rakyat dengan mengembalikan kejayaan Partai. Suara rakyat suara Tuhan. Tidak perlu lagi bicara yang lain-lain namun tetap satu arah dan tujuan demi membangun Partai Golkar yang lebih berkembang dan mampu mengembalikan jati dirinya dan juga untuk mengembalikan kejayaan Partai Golkar seperti dahulu,” ungkapnya.

 Stigma Harus Dihapus

Keterpilihan dirinya bersama Gubernur Lukas memimpin Papua menorehkan sejarah kepemimpinan yang fenomenal. Sebab Lukas adalah gubernur pertama  dari Pegunungan Tengah. Namun Klemen meminta agar tidak ada eksklusifisme yang memicu dikotomi Gunung-Pantai atau stigma-stigma sosial yang keliru.

“Tidak perlu lagi ada dikotomi orang gunung, orang pantai, orang pesisir. Semua kita orang Papua. Secara kebetulan kami berdua lahir sebagai putra Papua di wilayah pegunungan. Namun kami dipilih dan ada un­tuk semua orang yang ada di atas Tanah Papua. Kami tidak membedakan dia ini pendatang, dia ini orang asli Papua. Semua yang ada di Papua saat ini adalah orang Papua, yang tetap kami rangkul dan perhatikan,” ka­tanya.

Sosok pluralis dipertegas Klemen Tinal Dalam bukunya “Saatnya Papua Bangkit Menuju Mandiri dan Sejahtera.” Di dalam bukunya yang ditulis pada 2011 lalu, Klemen menulis bahwa menjadi pemimpin di Papua dengan sejuta harapan, keinginan dan aspirasi dari rakyat memang tak semudah yang dibayangkan orang. Harapan, keinginan dan aspirasi datang sangat beragam, yang bukan saja sering tak seiring, tapi juga kadang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Maklum, secara sosial demografis, rakyat yang men­diami Provinsi Papua ini berasal dari berbagai suku, budaya, agama, dan golongan.

Klemen Tinal, sosok yang mencintai keberagaman dan pluralisme.

“Orang asli Papua dan non asli Papua memiliki kelebi­han dan kemampuan masing-masing. Oleh karena itu, alangkah indahnya bila potensi kelebihan dan kemam­puan masing-masing itu, dipadukan menjadi kekuatan bersama untuk mengisi pembangunan. Kebersamaan adalah sumber kekuatan, lokomotif pembangunan,” tulis Klemen.

Menurut Klemen, seluruh rakyat dan pemimpin di Papua harus belajar dari New Zealand dimana suku-suku asli dan non asli dari koloni-koloni Barat hidup berdampingan, saling menghargai, saling membutuh­kan, dan saling memberdayakan. Bukan belajar dari Australia yang memperlakukan suku asli Aborigin secara diskriminatif dengan menelantarkan dan me­nyerobot hak kesulungan mereka. Perbedaan ras harus dilupakan. Tanggalkan suku, budaya dan agama. Lepas kepentingan sesaat yang memecah belah persatuan.

“Mari kita satukan tekad untuk saling mengisi dan membangun Papua di era Otsus tersisa ini. Waktu tak bisa diputar kembali. Kesempatan tidak datang lagi. Jika di sisa masa pemberlakuan Otsus ini, kita masih belum MANDIRI, maka SEJAHTERA yang kita cita-citakan hanya mimpi,” tulisnya.

Gelorakan Syal For Noken

Sebulan terakhir, salah satu aktivitas Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, SE.MM yaitu berkeling seluruh Papua membagikan syal kepada siapa saja yang menggunakan noken. Kepada sejumlah wartawan, Klemen Tinal mengatakan pemberian syal sebagai penghargaan bagi mereka yang mengunakan noken.

Klemen Tinal dengan syal yang dipakainya.

“Jadi memang bagi siapa saja yang menggunakan noken, untuk mensuport dia, kita kasih noken, sebagai bentuk penghargaan karena dia mau pakai noken. Noken ini kan sudah diakui UNESCO sebagai warisan dunia, sehingga kita harus menghargai dengan menggunakan noken, sehingga ada kesan bagi dia ada yang menghargai dia karena pakai noken,” ujar Klemen di Swiss-Bellhotel Jayapura.

Menurut Klemen, pemberian syal bertajuk “syal for noken” yang dilakukannya diharapkan dapat meningkatkan rasa cinta masyarakat di Papua baik orang asli Papua maupun non Papua pada noken. ”Kita akan berhenti ketika semua orang sudah mengunakan noken, ini kan semacam stimulan buat mereka semua untuk menggunakan noken. Kalau orang pakai noken pasti kita kasih, tetapi dengan pemberian syal ini ada juga orang yang minta syal dan noken, ini yang agak keliru, sehingga saya perlu jelaskan bahwa mereka yang dapat syal adalah yang setia menggunakan noken,” tuturnya.

Syal yang diberikan, kata Klemen, cukup unik karena menggunakan motif Papua miliknya yang telah dipatenkan, sehingga siapapun yang hendak mencontoh motif tersebut bakal dituntut.

“Ada motif Papua yangada di syal ini yang tidak dijumpai di daerah lain, ini juga menjadi poin penting dari pembagian syal ini, sehingga benar-benar kita melestarikan noken dan motif-motif Papua,” katanya.

Klemen menambahkan bahwa pemberian syal ini tidak hanya diberikan kepada orang asli Papua tetapi juga kepada non Papua yang menggunakan noken.

”Kalau orang Papua kan sudah pasti dia pakai noken, kalau non Papua kan kalau dia pakai noken kan luar biasa. Ini menjadi penting juga untuk diketahui oleh publik,” tambahnya.

Klemen menjelaskan, noken merupakan identitas dari orang Papua yang telah mendunia, bahkan mendapat pengakuan dari badan PBB bernama UNESCO. Oleh sebab itu, mantan Bupati Mimika ini mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga dan melestarikan noken.

“Saya katakan bahwa noken ini kan identitas dari orang Papua. Karena itu, saya mengajak kita semua untuk terus menjaga dan melestarikan noken sebagai kekayaan kita,” tegasnya.

Selamat Ulang Tahun Pak Klemen. Sehat dan Sukses Selalu Dalam Bekerja Memimpin Papua. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box