Divisi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi, Asep Chairullah

JAYAPURA  (PB)  : Komisi Pemberantasn Korupsi (KPK) Republik Indonesia menyadari sistem secanggih apapun yang digunakan untuk memberantas korupsi di tanah air. Kalau masih ada Kolusi Korupsi dan Nepotisme (KKN), maka sistem itu mandul.

Hal itu dikatakan Divisi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia Asep Chairullah, saat pertemuan Kolaborasi Tunas Integritas Nasional II tahun 2017 di Jayapura, Selasa (12/9).

Kata Asep, sejak tahun 2015 pertama kali dilakukan rembuk integritas nasional. Dari Kuartal awal (kurawal) hanya 12 Kementerian, Lembaga, Organisasi dan Pemerintah Daerah (KLOP) sudah berkembang. “Sekarang yang sudah bergabung  139 undangan. Tahun yang lalu di Palembang dihadiri 130 KLOP. Dari 130 KLOP ini yang sudah workshop adalah 60 KLOP.  Dari 60 KLOP ini adalah program berkelanjutan. Maka hanya kurang lebih sekitar 20 yang sudah membangun panduan pembangunan budaya integritasnya,”jelasnya.

Bahkan beberapa diantaranya, menurut Asep  saat ini sedang berusaha menjadikannya Peraturan Daerah (Perda).

“Nanti sesama peserta bisa sharing/berbagi pengalaman  disini kenapa sampai harus Pemda. Dan layak kha atau tidak panduan budaya integritas  menjadi sebuah Perda. Itulah yang diharapkan dapat disharing dari sini,”tuturnya.

Saat ini  dari 20 KLOP yang sudah membentuk komite integritas. Saat ini  kurang lebih hanya 15 yang sudah mengikuti diklat dan  sudah mandiri tentang tunas integritas ini.  Sayangnya dari 20 yang sudah membangun budaya integritas, ternyata belum ada sama sekali yang menyusun pengendalian strategis KKN.

“Mudah –  mudahan dengan acara ini akan menyemangati. Khususnya bagaimana pengendalian strategis itu dibangun. Karena KPK menyadari sistem secanggih apapun kalau masih ada KKN maka sistem itu mandul,”akunya.

Dengan kolaborasi ini KPK berharap, para peserta yang hadir. Dirinya berharap  mudah – mudahan semua dengan kolaborasi akan melaksanakan workshop pembangunan budaya integritas, sehingga tidak akan mengalami kesulitan lagi dalam menyusun Perdanya.

Pasalnya belajar dari  awal  ketika masuk ke KLOP. Saat hendak masuk ke KLOP.  Namun ketika menyusun panduan integritas itu butuh beberapa kali pertemuan.

“Mungkin bisa ditanya pengalaman Palembang dan Riau. Akan tetapi sekarang dengan adanya kolaborasi itu, maka proses pembangunan panduannya pun relatif bisa lebih cepat. Karena ada kolaborasi itu,”harapnya.

Bahkan dirinya berharap dengan  jumlah yang semula 12. Dapat bertambah  ke 40 menjadi 80 dan terakhir menjadi 139 bisa bertambah dengan cepat. Dengan  adanya kolaborasi itu. “Mudah – mudahan hari ini kita berkumpul betul-betul punya makna,” harapnya lagi.

pertemuan Kolaborasi Tunas Integritas Nasional II tahun 2017 di Jayapura, Selasa (12/9).

Masih Ada Yang Lemah

Masih menurutnya Asep, ada satu hal menarik, ternyata masalah manajemen resiko masih banyak yang lemah dan terlewat dibangun.

“Kalau akhirnya begitu banyak tokoh – tokoh hebat di negara ini yang menjadi pesakitan atau masuk hotel prodeo,  wajar saja.  Karena resikonya tidak kita mitigasi. Dan khusus terkait KKN sama sekali belum kita mitigasi.  Karena begitu banyak resiko di tataran proyek – proyek strategis bangsa ini,”tuturnya.

Sebab menurutnya jika hal itu jika tidak segera di blow up. Maka yang terjadi seakan – akan Indonesia menjadi seperti sebuah kolam yang banyak ikan.  Seakan – akan menangkap koruptor seperti menangkap ikan dikolam yang penuh ikan.

Kolaborasi Integritas

Sebelumnya dikatakan jika berbicara soal integritas adalah mereka yang terpanggil untuk duduk bersama berkolaborasi membahas tentang budaya integritas.

Ditegaskannya KPK selalu berusaha untuk menjadi yang terdepan didalam pemberantasan korupsi dan selalu terdepan terkait pencegahan lewat budaya integritas.

Kata dia, kejahatan termasuk korupsi merajalela,  karena diamnya orang baik dan orang berintegritas. Karena kalau orang baik dan berintegritas itu tidak diam. Maka korupsi itu tidak akan pernah ada.

Kejahatan termasuk korupsi didalamnya merajalela  karena kalah pengaruhnya orang baik dan berintegritas sama koruptor. “Artinya mari kita menggeser bahwa kekuatan itu harus ada di orang – orang yang berintegritas,”ajaknya.

Kehadiran pada kolaborasi yang kedua dengan Papua sebagai tuan rumah. Menurutnya ini paling banyak dan menunjukkan semangat bersama. Bahwa integritas betul – betul akan dibangun dari atas.

Karena saat ini indeks kebahagiaan manusia di dunia. Indonesia berada di jajaran urutan 80-an. “Mudah- mudahan dengan pembangunan budaya integritas setidaknya pada 10 tahun kedepan masuk 5 besar,”harapnya lagi.

Dari kolaborasi integritas ini,  bisa membuat semangat Papua. Pasalnya saat ini indeks kebahagiaan Papua 60,9 yang dihitung oleh Badan Pusat Statistik  (BPS) relatif masih rendah,  dibandingkan dengan provinsi yang lain. Dirinya yakin dengan adanya kolaborasi ini dapat menjadi energi yang luar biasa. Saya selalu liat Papua untuk Go Internasional punya semangat untuk integritas religious dan profesional itu yang akan membawa Papua berkelas dunia.

“Kenapa kita harus selalu berkumpul,  setidaknya dua tahun sekali para tunas integritas itu. Supaya tumbuh terus.  Kalau pohonnya makin tinggi. Maka anginnya makin kencang.

KPK sendiri berharap dengan sering berinteraksi, tidak cuma hanya lewat media sosial saja. Akan tetapi dengan bertemu ada hal yang spesifik. Karena ada hal yang dibangun oleh KPK dalam pembangunan budaya integritas. Sebab menurutnya hal ini  bukan ikatan sembarangan. Akan  tetapi ikatan batin yang tentunya datang dari dalam.  (YMF)

 

Facebook Comments Box