Suasana pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan dari Satgas Kijang Dinas Kesehatan Papua di Puskesmas Angguruk, Yahukimo.

JAYAPURA (PB.COM)—Untuk membangun dan memberdayakan masyarakat Suku Korowai, salah satu suku yang masih terisolir di wilayah Selatan Papua, lima kabupaten yang masuk dalam wilayah administrasi pemerintahan suku itu harus duduk bersama untuk membuat perencanaan membangun Korowai bersama-sama. Kelima kabupaten itu yakni Yahukimo, Pegunungan Bintang, Bovendigoel, Mappi dan Asmat.

Hal ini ditegaskan Asisten II Bidang Pembangunan dan Ekonomi Setda Kabupaten Yahukimo, Elai Giban, SE.MM menjawab papuabangkit.com, Jumat (26/04/2019) terkait persoalan sosial yang sering menimpa Korowai.

“Pemerintah Yahukimo sudah bangun akses infrastruktur jalan sampai ke wilayah Korowai. Jadi masyarakat bisa akses melalui jalan darat dan sungai. Karena ini ada 5 pemerintahan, maka tidak bisa komplain sepihak bahwa ini tanggung jawab Yahukimo saja, atau Bovendigoel saja atau Asmat saja. Kami dari Yahukimo, ada dana kampung yang kami bagikan di sana di Distrik Seradala sehingga pelayanan itu jalan. Kemudian tak hanya pemerintah, sisi Gereja dan sosial juga harus jalan sama-sama bangun Korowai,” kata Elai.

Asisten II Bidang Pembangunan dan Ekonomi, Elai Giban, SE.MM ketika menerima Papua Bangkit Award di sela-sela Musrenbang Inspirasi tingkat Provinsi Papua di Aston Hotel Jayapura, Rabu (24/04/2019).

Menurut Elai, akibat kondisi geografis yang sulit, Pemerintah Kabupaten Yahukimo memang kesulitan dalam pelayanan  publik, terutama pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat Yahukimo yang tersebar di 51 distrik dan 517 kampung, termasuk masyarakat Suku Korowai.

“Hanya 5 distrik yang di daerah dataran yang bisa dijangkau dengan mobil seperti Dekai dan Kurima, selebihnya itu menggunakan pesawat  dengan ongkos yang mahal. Namun saat ini Pak Bupati sudah buat gebrakan bangun 5 ruas jalan yang sedang dikerjakan jadi kami yakin ke depan pelayanan kesehatan dan pendidikan akan menjangkau masyarakat terpencil, termasuk Korowai” kata Elai.

Berkat akses jalan yang mulai dibuka itu, kata Elai, banyak anak-anak dari Suku Korowai saat ini bisa keluar dari lingkungannya untuk mengenyam pendidikan dasar di Dekai, ibukota Kabupaten Yahukimo dan sejumlah perguruan tinggi di Jayapura.

Sebelumnya, Bupati Yahukimo Abock Busup, MA kepada sejumlah media awal 2019 menjelaskan bahwa selain membangun infrastruktur perhubungan darat, udara dan sungai, pihaknya tahun ini juga memprioritaskan pembangunan infrastruktur kesehatan dan pendidikan.

“Sepanjang tahun 2018, kami telah membangun 8 puskesmas dengan fasilitas lengkap dan tahun 2019 akan di bangun 3 puskesmas lagi,” katanya.

Tim Save Korowai dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua saat melakukan pelayanan kesehatan dan pemberian imunisasi bagi masyarakat Suku Korowai di Danowage, Desember 2017.

Riset pustaka papuabangkit.com menyebutkan, suku Korowai adalah suku yang  ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun lalu di wilayah Selatan Papua dengan populasi sekitar 3000 orang. Suku terasing ini hidup di rumah yang dibangun di atas pohon yang disebut Rumah Tinggi. Beberapa rumah mereka bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah. Suku Korowai adalah salah satu suku di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka.

Suku ini pertama kali ditemukan oleh misionaris Belanda pada tahun 1974. Mereka yang ditemukan mendiami wilayah Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua. Sebelumnya, mereka benar-benar tidak mengenal orang diluar kelompoknya. Sedikit saja informasi yang diketahui tentang Korowai sebelum 1978. Namun, dari berbagai sumber, diketahui, suku ini mengalami masa mengayau yang pelik.

Kontak orang Korowai dengan dunia luar tercatat ketika mereka bertemu penginjil Johannes Veldhuizen, pada 4 Oktober 1978. Setelah kontak itu, sekitar 1980, Gereja kemudian membangun sekolah dasar dan klinik rawat jalan. Selama tahun-tahun pertama itu, Johannes Veldhuizen dan Henk Venema mengatur berbagai pertemuan dengan Korowai. (Gusty Masan Raya)

 

 

Facebook Comments Box