Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua, Sarles Brabar, SE.M.Si.

JAYAPURA (PB.COM) – Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua, Sarles Brabar, SE.M.Si memaparkan isu strategis bonus demografi di Seminar Hari Kependudukan Dunia, Selasa (30/7/3019) dengan harapan keluarga-keluarga Papua menyiapkan generasi emas yang berkualitas ke depan.

Di hadapan peserta seminar Hari Kependudukan Dunia, Sarles menjelaskan, bonus demografi terjadi akibat adanya transisi demografi yaitu penurunan angka kematian yang diikuti oleh penurunan tingkat fertilitas. Kemudian, rasio ketergantungan menurun, karena jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14, 60+) lebih rendah dibandingkan penduduk usia produktif (15-59).

“Bonus demografi adalah tambahan bersih pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh meningkatnya proporsi penduduk usia produktif,” jelas Sarles. Bonus demografi telah didapat di Negara yang penduduknya besar (Amerika, Cina, Brasil) maupun kecil (Korea Selatan, Irlandia, Singapura).

Impact bonus demografi adalah tenaga kerja yang banyak, meliputi penciptaan lapangan usaha dalam hal ini investasi dan peningkatan kualitas SDM meliputi pendidikan, kesehatan dan daya beli dan TFR rendah (peran wanita semakin aktif di pembangunan) sehingga membantu ekonomi keluarga.

Sarles menerangkan, investasi utama dalam memanfaatkan bonus demografi, meningkatkan jaminan kesehatan dan perbaikan nutrisi, memperluas pendidikan menengah universal, meningkatkan akses dan kualitas pendidikan tinggi dan meningkatkan produktifitas angkatan kerja dan usia lanjut.

Selanjutnya, investasi capital, meliputi pengembangan produk tabungan, deposito, saham, dan jenis investasi jangka panjang lainnya, stabilitas politik dan ekonomi, system perbankan dan investasi yang mumpuni, system pensiun yang berkesinambungan. “Intinya, intervensi kebijakan berdasarkan siklus hidup,” ujarnya.

Untuk memetik dan memperpanjang bonus demografi, lanjut Sarles kemudian, dilakukan dengan strategi umum, antara lain mengatasi penduduk usia muda neet (not in Education, Employment or Training), meningkatkan partisipasi kerja wanita, menciptakan lapangan kerja berkualitas, mengembangkan sumberdaya manusia, literasi system keuangan dan investasi.

Sedangkan strategi memperpanjang bonus demografi ini, ujar Sarles, dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk yang seimbang dengan tingkat kesehatan yang prima, peningkatan produktifitas penduduk usia produktif dan lansia dengan meningkatkan kewirausahaan, mobilisasi penduduk yang menunjang pemerataan antarwilayah, memperluas adaptasi dan penguasaan teknologi, cakupan jaminan sosial yang menyeluruh dan komprehensif.

Sarles berharap isu bonus demografi ini dapat dipahami oleh peserta seminar, dan dapat dibagikan kepada orang lain. Dengan demikian Papua dapat menyambut bonus demografi 2030, dengan meningkatkan kualitas hidup, baik dari sisi pendidikan, kesehatan maupun peningkatan ekonomi menuju keluarga sejahtera, sesuai visi BKKBN, mewujudkan keluarga berkualitas.

Mengakhiri paparannya, Brabar mengutip pernyataan mantan presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, “visi tanpa aksi adalah mimpi, aksi tanpa visi hanya membuang waktu, visi yang diikuti aksi baru dapat mengubah dunia.” (Frida Adriana)

Facebook Comments Box