Pastor Paul Wolor, Pr

JAYAPURA (PB.COM)—Rektor Seminari Menengah St. Fransiskus Asisi Waena-Jayapura, Pastor Paulus Wolor, Pr, Minggu (08/09/2019) merayakan Hari Ulang Tahun Tahbisan Imamatnya ke-24. Perayaan berlangsung sederhana namun sangat meriah dihadiri sekitar 300-an umat Katolik asal Kabupaten Flores Timur dan Lembata yang masuk dalam paguyuban Rayon Lamaholot Waena dan para siswa seminari bertempat di Aula Seminari.

Pastor Paul Wolor dalam sambutannya mengatakan panggilan menjadi imamat adalah suatu anugerah yang harus disyukuri. Oleh karena itu, adalah suatu keharusan baginya untuk setia menjalankan keputusan untuk hidup menjadi seorang imam Katolik.

Suasana perayaan ekaristi di Aula Seminari St. Fransiskus Asisi Waena.

Menurut Pastor Paul, dalam refleksinya, ia menemukan bahwa panggilan menjadi imam Katolik itu seperti ajakan pesta. Dan itu justru dimulai dari pengalaman ketertarikan awal yang sederhana di masa kecilnya di Lembah Hokeng, Flores Timur.

“Cita-cita saya jadi pastor itu sederhana saja. Masa kecil, lihat para pastor datang ke rumah, entah berkuda atau bersepeda, selalu diistimewahkan oleh bapa dan mama saya. Dikasih makan yang enak dan bapa mama lebih pentingkan pastor ketimbang kami anak-anaknya. Mereka makan ayam, ikan goreng, roti, tunggang kuda, atau naik sepeda. Jadi kesimpulan saya, jadi pastor itu enak. Saya harus jadi pastor,” kata Pastor Paul disusul dengan gelak tawa umat yang hadir.

Koor dari Kelompok Lewolema yang mengiringi perayaan ekaristi

Hal itu dirasakan Pastor Paul sejak tahun pertama menjadi imam di Ile Ape Lembata. Lalu  berlanjut dalam sejumlah tugas yang dijalaninya, mulai dari Seminari San Dominggo Hokeng sebagai guru dan pembina, bertugas di Paroki St. Maria Banneux Lewoleba, dimutasi ke Keuskupan Sibolga-Sumatera, dipilih menjadi Direktur PT Rerolara Hokeng, menjadi Pastor Paroki Katedral Larantuka, dan hingga kini menjadi pimpinan di Seminari Fransiskus Asisi Waena.

“Meski dijalani selama 24 tahun, imamat itu menjadi cita-cita yang tak pernah akan selesai dilaksanakan. Hidup seorang imam adalah upaya untuk menjawab panggilan Tuhan yang terus menerus, tidak akan pernah selesai. Karena seluruh karya pelayanan imam adalah menyerupai Yesus Kristus sebagai imam Agung dengan pengorbanan tanpa batas,” kata Pastor Paul.

Pastor Paul mengatakan, sebagai imam, selama 24 tahun ia tentu memiliki kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, sesuai dengan motto tahbisannya dengan motto tahbisan “Yang Ada Padaku Hanya Ini” (Matius 14: 17), ia ingin menyerahkan seluruh diri dengan segala kekurangannya pada Tuhan dan biarkan DIA yang melengkapi kekurangan itu.

“Pada 25 tahun imamat tahun depan, motto yang akan saya pilih adalah sencire cum ecclesia, sehati sepikir, seperasaan dengan Gereja. Ini sebagai bentuk refleksi saya saat mulai terlibat dalam kelompok doa Kongregasi Bunda Hati Tersuci Maria (KBHTM) dan berada di orang-orang muda calon imam. Terima kasih atas semua dukungan umat sekalian di hari ulang tahun ini,” tutupnya.

 

Terima Kasih dan Dukungan

Ketua Rayon Lamaholot Waena Anton Ama Bolen mengatakan perayaan yang berlangsung sederhana ini adalah sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas dukungan dan pelayanan Pastor Paul yang sudah mengabdi beberapa tahun di Waena Jayapura, baik di Seminari maupun di lingkungan Umat Basis.

Ketua Rayon Lamaholot Waena Anton Ama Bolen saat memberikan sambutan.

“Hari ini kita rayakan secara sederhana dengan keluarga Lamaholot atau Flores Timur Lembata, tapi pastor ini milik kita semua yang ada di Papua. Tahun depan, pada pesta perak kita akan bikin acara yang lebih besar. Karena itu, pada kesempatan ini kita juga kukuhkan panitia Pesta Perak Immat Pastor Paul Wolor dan kita bikin yang lebih meriah,” kata Anton.

Ketua Paguyuban Flores Timur Stanis Hike menyampaikan proficiat, dukungan doa dari seluruh masyarakat Flores Timur dan Lembata atas pencapaian usia imamat ini. Sebab, harus diakui, saat ini tantangan hidup menjadi pastor atau imam Katolik di sangat berat dan kompleks.

Pastor Paul bersama panitia Perayaan 25 Tahun Tahbisannya yang baru dikukuhkan.

“Usia tahbisan 24 tahun ini adalah sebuah pencapaian yang harus kita sama-sama bangga dan dukung terus dalam doa agar cita-cita dan panggilan mulia ini terus berjalan,” ujar Stanis.

“Saya teringat, Pastor Paul ini saya dengar dari cerita keluarga pernah bertugas di Lewoleba dan beliau juga yang menginisiasi Gua Maria di Bukit Lewoleba. Tapi sejak bertugas di Jayapura barulah saya kenal beliau,” timpal Yoseph Candra, Ketua Tungku Lembata di Jayapura.

Suasana serah terima Badan Pengurus Siswa Seminari Fransiskus Asisi.

Acara sederhana ini diawali dengan perayaan ekaristi dipimpin sang yubilaris Pater Paul didampingi Pastor Kleopas Pr dan Pastor Jhon Klau Pr. Di sela-sela ekaristi, juga digelar serah terima Badan Pengurus Siswa SMA Seminari St. Fransiskus Asisi. Sementara itu, pada acara ramah tamah, juga dilakukan pengukuhan panitia Pesta Perak Imamat Pastor Paul Wolor 2019 dan ditutup dengan santap siang dan dolo-dolo (tarian khas Lamaholot).

Selamat ulang tahun Pater. Duc in Altum, bertolaklah ke tempat yang dalam! (Gusty Masan Raya)

 

 

 

 

Facebook Comments Box