Uskup Jayapura Leo Laba Ladjar OFM.

JAYAPURA (PB.COM) – Uskup Jayapura Leo Laba Ladjar OFM mengimbau umat Kristen agar membangun kerukunan antarumat beragama, dalam menghadapi situasi dan arus-arus kecenderungan pascademo anarkis di bulan Agustus lalu.

Himbauan yang diterima redaksi papuabangkit.com, Selasa (11/9/2019) siang, Uskup Leo menguraikan pandangannya terkait peristiwa-peristiwa pahit di bulan Agustus 2019 yang timbul karena tindakan dan perlakuan diskriminatif- rasial di Jawa yang membangkitkan reaksi di Papua.

Unjuk-rasa dengan amukan massa merusak dan menghancurkan banyak barang. Ketegangan dalam hubungan berbagai pihak amat terasa mengancam kedamaian seluruh masyarakat.

Para pemimpin agama, adat dan tokoh-tokoh masyarakat umumnya berusaha memulihkan suasana damai dengan himbauan, seruan bahkan kutukan agar kekerasan dihentikan. Menurut Uskup Leo, semua seruan itu tentu perlu, tetapi tidak cukup.

Karena tindakan dan aksi-aksi itu tercetus dari hal-hal yang lebih dalam: rasa harga diri, rasa keadilan, egoisme pribadi dan kelompok, aspirasi politik, dan rasa keagamaan. Maka perlu aktivitas lanjut yang lebih menyentuh arus-arus perasaan yang dalam itu.

“Oleh karena itu kami selaku uskup Jayapura bersama pastor-pastor paroki di Dekanat Jayapura, merasa perlu melanjutkan seruan dan himbauan para tokoh itu dengan kegiatan pastoral kami membangun persekutuan dalam kehidupan umat. Untuk itu kami membarui komitmen kami melaksanakan misi Keuskupan membangun persekutuan persaudaraan mulai dari Komunitas-komunitas Basis Gerejawi dan meluas menjangkau umat seluruh paroki serta seluruh masyarakat,” ungkap Uskup.

Imbauan dari Keuskupan Jayapura, antara lain, membangun persekutuan dalam umat, karena kesatuan iman akan Yesus Kristus, Damai Sejahtera kita, yang menyatukan semua orang dari pelbagai kelompok suku, golongan, ras dan budaya serta status sosial.

“Kita mengembangkan persekutuan persaudaaraan itu secara nyata dan dinamis dalam Komunitas Basis Gerejawi (Kombas), yang menghimpun keluarga-keluarga dari berbagai suku, latar belakang daerah dan sosial budaya,” katanya.

Kemudian, mengobarkan semangat misioner Kombas-kombas agar menjadi komunitas yang terbuka untuk bergaul dan bersahabat dengan semua tetangga, membantu siapapun yang terkena bencana, dan bekerja sama dengan warga di satu rukun-tetangga dan pemerintah setempat untuk memajukan keamanan lingkungan.

“Kita membangun kerukunan umat beragama melalui berbagai bentuk hubungan anataragama, dan berpartisipasi aktif dalam persekutuan Gereja-gereja (PGGP, PGGJ, PGGS dll) dan dalam forum kerukunan umat beragama (FKUB),” lanjutnya.

Poin imbauan berikutnya adalah bersatu dengan semua Gereja dan Agama dalam doa dan puasa bersama dengan intensi terwujudnya Papua Tanah Damai. Untuk itu kita mengikuti tradisi devosi kita dengan menetapkan hari Jumat Pertama sampai Sabtu Pertama setiap bulan untuk berdoa dan berpuasa bersama dengan Ekaristi di gereja doa di Kombas-kombas, dengan doa-doa devosi kepada Hati Mahakudus Yesus dan Hati Suci Bunda Maria agar juga hati kita menjadi lembut dan rendah untuk menjadi pembawa damai.

“Kami menyerukan kepada semua pemegang kekuasaan, baik pemerintah sipil maupun militer dan polisi, kejaksaan dan pengadilan, agar semuanya mendukung usaha bersama dalam membangun damai, dengan menjalankan tugas masing-masing dengan hati bersih, jujur dan adil, demi kebaikan masyarakat seluruhnya,” tegasnya.

Ia juga menyerukan kepada semua pihak agar menolak rasisme dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang memecahbelah masyarakat, seperti asli-pendatang, pantai-gunung, suku dan agama.

“Kami menyatakan keprihatinan kepada keluarga yang menjadi korban jiwa, luka-luka, harta benda juga mendukung semua pihak meringankan beban dan memberi perlindungan bagi mereka yang mencari kebenaran dan menegakkan keadilan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan itu,” kata Uskup Leo. (Frida Adriana)

Facebook Comments Box