Oleh Peter Tukan*

 SEJUMLAH  petinggi TVRI,  Dewan Direksi yang datang dari Jakarta maupun Pimpinan TVRI Stasiun  Papua menggelar “Temu dialog” bersama  sejumlah pemangku kepentingan, seperti unsur pemerintah, tokoh masyarakat, dunia usaha, pimpinan media lainnya  dengan tujuan  memperkuat tali silaturahmi antarsesama anak bangsa, sekaligus sebagai momentum meneguhkan jati diri TVRI sebagai media Pemersatu Bangsa.

Temu dialog dan silaturahmi yang digelar dalam suasana penuh persaudaraan dan keakraban itu  berlangsung di salah satu hotel di Jayapura, ibukota Provinsi Papua  pada Sabtu (22/2).

Pengalaman membuktikan, apabila, TVRI, RRI dan Kantor Berita Nasional ANTARA menggelar  acara temu dialog dan silaturahmi di daerah lain di Persada Indonesia  ini, selain Papua, maka “suasana kebatinan ” para peserta pertemuan itu  terasa biasa-biasa saja–tidak ada yang istimewa dan dari awal hingga akhir, semuanya mengalir begitu saja bagaikan sungai.

Namun sebaliknya,  apabila tiga media nasional yang telah terbukti setia mengawal perjalanan sejarah Bangsa  dan Negara Republik  Indonesia  ini  menjadikan Tanah Papua (Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat) sebagai “tuan rumah”   temu dialog dan silaturtahmi atau acara monumental lainnya, maka pertemuan itu sendiri memiliki makna dan rasa yang sangat khas, lain daripada biasanya.  Silaturahmi  itu sendiri merupakan sebuah perjumpaan intens antarsesama anak bangsa:  “Silaturahmi Rasa Kebangsaan”.

Sepertinya, pihak Manajemen TVRI Pusat menyadari akan hal itu, sehingga ketika Bangsa Indonesia menapaki gerbang Tahun 2020 dan menyongsong perhelatan akbar tingkat nasional PON XX  pada 20 Oktober hingga 2 November 2020 mendatang, TVRI menggelar temu dialog dan silaturahmi  dengan tujuan seperti yang telah termaktub di atas. TVRI terbukti  jeli membaca dan  memanfaatkan “momentum”.

TVRI menegaskan identitas atau jati dirinya yang baru sebagai “Media Pemersatu Bangsa”. Sesuatu yang baru selalu menyimpan optimisme dan harapan yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya. Dengan penggunaan identitas baru TVRI atau yang lebih dikenal dengan rebranding maka akan terasa ada semangat baru yang ingin dikedepankan.

Dengan kata lain, rebranding bukan hanya sekedar perubahan logo, namun lebih dari itu, rebranding melakukan perubahan nilai dan orientasi visi TVRI.  Ke depan, arah pengembangan TVRI bukan lagi sebagai Public Service Broadcasting semata, tetapi menjadi Public Service Media sehingga penyiarannya tidak hanya menggunakan medium televisi, namun terintegrasi dalam multiplatform.

Logo TVRI  yang baru memiliki makna Lingkaran Penyambung Dunia, yaitu satu siaran, satu suara, Satu Indonesia (dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau). Sedangkan warna trusted blue terinspirasi dari warna biru sebagai simbol lautan Indonesia yang penuh kekayaan. Warna biru menjadi warna yang tepat untuk menitik beratkan potensi TVRI sebagai sumber referensi terpercaya dengan tagline “Media Pemersatu bangsa”.

Dedikasi TVRI untuk Papua

Satu pertanyaan cerdas dan reflektif adalah: Apa dedikasi atau sumbangsih TVRI   selaku “lingkar penyambung” Papua untuk Indonesia yang satu dan utuh? Bukankah tekad TVRI adalah “Media Pemersatu Bangsa” dari Sabang sampai Merauke, dari Sangir Talaud hingga Rote-Ndao untuk dunia? Jawaban cerdas dan bijaksana  atas pertanyaan ini benar-benar  membuat “Silaturahmi  Terasa Kebangsaan”.

Sangat disayangkan, temu dialog dan silaturahmi yang digelar TVRI itu berlangsung dalam waktu yang begitu singkat sehingga tidak ada waktu cukup untuk pendalaman dan pembobotan demi semakin kuatnya identitas atau jati diri  TVRI  sebagai Media Pemersatu Bangsa.

Jawaban konkret atas pertanyaan cerdas dan  reflektif di atas dapat  tercemin pada kemampuan TVRI Pusat dan TVRI Stasiun Papua dan Stasiun Papua Barat dalam merancang  program-program kerja yang nyata.

Bagaimana caranya agar siaran-siaran TVRI benar-benar diminati dan dicari oleh  Orang Asli Papua dan  seluruh (paling tidak sebagian besar) lapisan  masyarakat di Tanah Papua. Dari munculnya minat yang besar pada program siaran TVRI maka  akan lahir pengakuan yang tulus dari masyarakat Papua sendiri bahwa benar terbukti,  TVRI  adalah Media Pemersatu Bangsa.

Salah satu saran yang dapat disampaikan kepada TVRI adalah, dalam menyusun program kerja khusus bagi Papua, TVRI selain memperhatikan  UU  nasional dan berbagai  Peraturan Pemerintah terkait penyiaran, kiranya TVRI juga memperhatikan “semangat” atau spirit dari UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang  Otonomi Khusus (Otsus) bagi Provinsi Papua (dan Papua Barat). Semangat atau spirit itu adalah  “keberpihakan” (affirmasi) yang tulus, tidak hanya bagi manusia Orang Asli Papua (OAP) saja, tetapi juga bagi Papua secara luas (siapa saja yang bermukim di Papua, tanah Papua, fauna dan flora di Papua).

Sebaiknya, kita tidak memahami secara sempit makna “Keberpihakan” itu hanya pada “Keberpihakan kepada Orang Asli Papua” (manusianya saja)-walaupun itu yang paling pertama dan utama (prioritas). Tetapi juga  pada  urutan berikutnya yaitu : siapa saja yang bermukim (hidup dan berkarya secara turun temurun, beranak pinak) di Tanah Papua, yang setiap detik hidup dan berkarya bersama saudara-saudaranya Orang Asli Papua yang menghidupi peribahasa ini: “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung!”

Rancangkan iklan-iklan nasional pada program siaran TVRI  dengan  latarbelakang gambar panorama alam (fauna dan flora) Papua.

Ikutsertakan secara selektif cendekiawan putra-putri Orang Asli Papua yang  mumpuni (jumlah mereka  sudah banyak) juga tokoh masyarakat, pemangku adat, pemuka agama, pemuda, perempuan dan mahasiswa yang berintegritas  sebagai narasumber program dialog TVRI yang  mendiskusikan masalah-masalah kebangsaan, tidak hanya spesifik masalah Papua di Papua.

Ajaklah saudara-saudara OAP yang berhasil dalam banyak  bidang usaha yang kecil dan sederhana untuk berbagi pengalaman keberhasilan (cerita sukses) melalui program-program siaran TVRI.

Jika belum  sempat  mendapatkan narasumber Orang Asli Papua untuk mengisi siaran TVRI maka ajaklah saudara-saudara yang bukan OAP, namun mereka itu diketahui   telah lama hidup dan berkarya, lahir dan beranak pinak di Papua untuk tampil pada program siaran TVRI yang tentu saja sesuai dengan bidang kerja, pendidikan, dan pengelaman hidup mereka di Tanah Papua.

Dengan demikian, baik OAP maupun yang bukan OAP yang siang dan malam mengarungi suka-duka, kecemasan, kegembiraan dan harapan  hidup di Tanah Papua  akan merasa bahwa mereka  juga adalah bagian utuh- tak terpisahkan  dari Indonesia yang  satu dan utuh.

Selain itu, pemahaman keberpihakan kepada Papua tidak semata-mata hanya pada memperhatikan pengembangan dan kemajuan masyarakat OAP  dengan memberikan kesempatan yang luas dan tempat yang “pas” untuk berkarya di Persada Indonesia ini,  tetapi juga berpihak pada kelestarian alam – fauna dan flora di Tanah Papua.

Bagaimana TVRI dalam siarannya benar-benar terlihat dengan mata telanjang “keberpihakannya” pada kelestarian sumber daya alam untuk keberlanjutan pembangunan (sustainable development) di Tanah Papua. Bagaimana TVRI dalam siaran-siarannya memperhatikan dan memperjuangkan   komitmen bersama untuk tercapainya Papua tanpa kemiskinan, penyediaan gizi yang cukup bagi keluarga, pelayanan kesehatan prima, pendidikan berkualitas, kesetaran gender, penyediaan air bersih dan sanitasi, pekerjaan yang layak, berkurangnya kesenjangan kaya dan miskin, kesenjangan hidup antara OAP dan bukan OAP, serta terciptanya perdamaian dan kesejahteraan hidup bersama sebagai saudara- bersaudara!

Inilah yang dimaksudkan dengan sikap dan tindakan  “Keberpihakan bagi Papua” yang diwujudnyatakan dalam program siaran TVRI.

Apabila, TVRI mampu mewujudkan sikap “Keberpihakan bagi Papua” dalam program siarannya yang nyata maka TVRI akan benar-benar dirasakan dan diakui oleh semua lapisan masyarakat di Tanah Papua sebagai “Media Pemersatu Bangsa dan Negara Kesatuan Repblik Indonesia”.

TVRI harus bisa berperan sebagai  media di Indonesia yang berada pada garis paling   depan dalam  menjadikan Papua sebagai “lingkaran satu siaran–satu suara–satu Indonesia!” Warna biru yang menyelimuti logo  TVRI, tidak hanya merupakan  warna laut Indonesia tetapi juga warna langit  Indonesia yang biru. Laut biru–Langit biru!

Kiranya, berkat siaran TVRI, terciptalah  damai, keadilan dan kesejahteraan hidup bagi masyarakat di Tanah Papua yang digambarkan pada laut biru- langit biru! Langit yang  baru–Bumi  yang baru dimana pengalaman pahit  yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi dalam hati (Yes.65.17).

Semoga, melalui siaran TVRI–Media Pemersatu Bangsa, damai dan keadilan membaharui wajah Tanah Papua dan melimpahi semua penghuninya dengan  kegembiraan dan kesejahteraan berlimpah. Bergiranglah dan bersoraklah untuk selamanya karena Sang Khalik langit dan bumi  telah menciptakan Bumi Cenderawasih dengan  penuh sorak-sorai dan penduduknya penuh kegirangan (Yesaya 65: 18).

 *Penulis Adalah Mantan Kepala Biro LKBN ANTARA Jayapura, Wartawan Aktif 1983-2010.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Facebook Comments Box