Samuel Tabuni

Samuel Tabuni

JAYAPURA (PB) : Publik Tanah Papua saat ini tengah ramai memperbincangkan pernyataan Gubernur Papua Lukas Enembe (LE) saat diwawancarai stasiun Metro TV pada Selasa (15/03/2017) yang menyebut keterlibatan pihak kepolisian daerah Papua relatif tidak netral dalam pelaksanaan Pilkada serentak sebelas daerah tahun 2017 di Papua.

Bahkan, dalam teks berjalan di Metro TV, menyebut Gubernur dan tokoh Adat Papua akan bertemu Presiden Jokowi dan Kapolri Tito Karnavian untuk meminta mereka menarik Kapolda Papua, Paulus Waterpauw (PW) dari Papua karena dianggap mengganggu stabilitas daerah.

Pernyataan Gubernur LE ini lantas direspon juru bicara Polda Papua, Kombes AM Kamal yang menyebut pernyataan itu tidak benar dan tak pantas disampaikan oleh Gubernur.

Terlepas dari benar dan tidaknya masing-masing pihak yang berpolemik, Tokoh Muda Pegunungan Tengah Papua, Samuel Tabuni menyebut polemik itu lika liku demokrasi di Papua.

Dia kemukakan, pada prinsipnya Tanah Papua bangga memiliki sosok Lukas Enembe dan Paulus Waterpauw alias LE dan PW, yang telah mengukir prestasi yang luar biasa.
“Membangun Papua ini kita membutuhkan pemimpin besar dan berkualitas layaknya Bapak Gubernur dan Bapak Kapolda. Pilkada serentak tahap pertama 2015 dan tahap kedua 2017, di Provinsi Papua dan Papua Barat merupakan proses pembelajaran demokrasi bagi Rakyat Papua, dan proses pembentukan karakter pemimpin masa depan Papua,” ujar Samuel, Rabu (15/03/2017).

Dia kemukakan, sebagai individu beragama, dalam hal ini Kristen Protestan, dirinya mengajak semua agar kembali berpedoman pada Kitab Suci masing-masing.

“Sebagai orang beragama Kristen Protestan, saya menyadari semua pemimpin sudah ditentukan oleh Tuhan. Sesuai uraian Bapak Pdt Socrates Sofyan Yoman yang adalah Ketua Gereja Baptis, dan sebagaimana dalam kitab Yeremia 1:4-5. Aku telah menetapkan engkau menjadi pemimpin rakyatmu dan bangsamu. Mari kita bergandengan tangan berjuang dan menyiapkan masyarakat Papua menjadi Tuan diatas Negeri dengan luas lautan dan daratan yang indah dan kaya raya ini,” ajak Samuel.

Lanjut dia, daerah yang kaya raya relatif sering menjadi daerah konflik, karena banyak kepentingan dari luar dan dalam. Dia mencontohkan Negara di Benua Africa Kaya Raya dan indah yang masyarakatnya dikorbankan karena konflik, perang antar warga, sakit penyakit, (social Instability). Karena pemimpin politik sipil dan Militer tidak selalu berjuang bersama, mereka diadukan oleh pihak ke tiga (negara kolonial).

“Mari kita bergandengan tangan. Sebab kepentingan rakyat adalah yang utama. Polemik dua pihak tentunya akan menguntungkan pihak ke tiga yang kadang punya kepentingan pribadinya,” kata dia.

“Papua Tanah Damai, Kaya Raya, tanah yang diberkati Tuhan dan rumah bagi 300-an suku bangsa yang masih memerlukan pembangunan di kampung-kampung, pesisir pantai hingga gunung-gunung,” pungkas Samuel Tabuni. (admin)

 

Facebook Comments Box