Di tengah kesibukannya sebagai Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Papua, Pemimpin Redaksi Majalah Papua Bangkit, Gusty Masan Raya berkesempatan mewawancarai Sarles Brabar, SE.MSi  di ruang kerjanya. Berikut petikan wawancaranya.   

 

Bapak sudah puluhan tahun bekerja di BKKBN. Adakah kesulitan saat sosialisasi KB dengan slogan dua anak cukup, sementara kita tahu realitas Papua hari ini masih sangat sedikit penduduknya?

Memang setiap kebijakan selalu ada pro dan yang kontra. Yang kontra merasa Program KB di Papua membatasi orang, karena dia memahami hanya sebatas dua anak cukup. Padahal, ini adalah sebuah slogan BKKBN yang digunakan untuk keluarga yang ideal dan bukan harga mati. Slogan ini kan bukan harga mati. Artinya, bukan berarti bahwa keluarga itu memperoleh dua anak lalu sejahtera. Kami melihatnya dari berbagai aspek: mulai ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Jadi yang kita tegaskan kepada mereka bahwa kami orang BKKBN menginginkan keluarga itu memiliki anak sesuai dengan kemampuan keluarga itu.

Apakah tidak dilarang Pemerintah Pusat?

Tentu tidak! Penerapan program Keluarga Berencana di Provinsi Papua harus diterjemahkan dalam kearifan lokal Papua. Kita lihat lebih spesifik kepada kondisi Papua, dimana penduduk aslinya sedikit dari non Papua atau migran. Sehingga, kita harapkan bukan untuk membatasi jumlah anak hanya dua saja tapi memproteksi sebuah keluarga bisa berperilaku hidup sehat dan bisa menikmati kebahagiaan keluarga itu.

Kita inginkan adalah keluarga yang terencana. Bukan hanya membatasi satu keluarga hanya memiliki dua anak tetapi yang utama bagaimana mengatur jarak kehamilan antara anak pertama dan kedua serta selanjutnya. Terencana dari sisi kehamilan, kesehatan, ekonomi dan pendidikan bagi anak. Sesuatu yang terencana biasanya berkualitas.

Seperti NTT dan Maluku, budaya patriarkat di Papua sangat kuat. Apakah hal ini berdampak dalam implementasi program KB selama Bapak jalani?

Ada. Kita di Papua ini kan memandang laki-laki sebagai penerus keturunan marga. Jadi jika satu keluarga belum mendapat seorang anak laki-laki, dia akan berusaha mencari terus. Ini yang membuat banyak keluarga dari kalangan ekonomi menengah ke bawah punya banyak anak yang tidak sehat, tidak terurus, tidak disekolahkan.

Masalah lain, partisipasi atau interese laki-laki terhadap program KB kecil sekali dibandingkan ibu-ibu. Saat penyuluhan, seringkali ibu-ibu mengeluh seakan mereka saja yang diberi penyuluhan. Kendalanya memang kita kesulitan mengumpulkan kaum bapak yang kadang mencari nafkah siang hari. Mestinya dua-duanya harus ikut. Karena program KB itu adalah kesepakatan suami istri, bukan sepihak. 

Saya dengar BKKBN Perwakilan Papua sudah membangun Kampung KB di Papua. Bisa Bapak jelaskan soal program ini?

Kampung KB atau Keluarga Berencana ini adalah program yang diluncurkan oleh Presiden pada Januari 2016 di Jawa Barat sebagai miniatur dari pelaksanaan Program KB dan Pembangunan Keluarga dan kependudukan dengan tujuan untuk bagaimana Program KB itu bersinergi dengan semua sektor pembangunan yang ada.

Sejak tahun lalu kita mulai digerakan di Papua. Di sini kami telah laksanakan atau canangkan di sepuluh kabupaten. Di antaranya Biak, Supiori, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom, Nabire, Jayawijaya atau Wamena, Merauke, Kepulauan Yapen dan Waropen. Tentu ke depan kami ingin jangkau semua kabupaten. Kami mengapresiasi peran para kepala daerah itu karena sudah ikut lakukan pencanangan. Kabupaten mana yang sinergitas programnya dilaksanakan dengan baik akan langsung kita laporkan ke Presiden.

Apa saja bentuk intervensi program di dalam Kampung KB itu?

Di Kampung KB ini dibangun sarana dan prasarana perumahan, kesehatan, juga pertanian, perikanan, peternakan dan lain-lain. Semua sektor bisa dibangun dengan harapan setiap dinas terkait di kabupaten-kabupaten bisa masukan satu program. Kalau bupatinya konsen untuk kita lakukan, ini bisa kita jadikan kampung model yang bisa membangun keluarga yang berkualitas.

Kampung KB adalah miniatur yang strategis untuk menyelaraskan pelaksanaan program-program lintas sektor lainnya, seperti  program 1.000  Hari Pertama Kehidupan (HPK), Program Dasa Wisma, Rumah Sehat, GenRe (Generasi Berencana), dan Gerakan Masyarakat  Sehat, Kampung Adat, Kota layak anak dan lain sebagai. Ini akan memberi dampak perubahan bagi masyarakat setempat melalui fasilitas dan pembinaan yang secara kontinyu atau berkelanjutan dalam membangun keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

Sejauh mana koordinasi BKKBN di Papua dengan lembaga pemerintah terkait dalam sinkronisasi program-program?

Kami selalu menyampaikan laporan tahunan dan berkoordinasi dengan Bappeda Provinsi, Dinas Kesehatan dan pihak terkait lainnya.  Contoh yang nyata saat melayani penyuluhan dan juga pendekatan promotif/preventif. Kami gandeng para bidan dan dokter kandungan dari Dinas Kesehatan. Kita bangun kemitraan karena merekalah yang berhubungan dengan masalah kandungan. Intinya, koordinasi BKKBN dengan lembaga mitra tetap jalan. Kalau kita kerja bersama, tentu berdampak besar bagi masyarakat.

Adakah Mitra lain yang mendukung?

Ada. Kami juga menawarkan pihak Bank untuk masyarakat yang berekonomi mikro. Sebab BKKBN punya kelompok pemberdayaan keluarga. Kami punya program yang namanya UPPKS atau Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera. Nah kita dorong perbankan mensosialisasikan program kredit mikronya kepada kelompok  yang kami bina ini. Selain program itu, kita juga sedang menggalakan satu program baru dari Pusat yakni KKBPK atau Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga. Kita harapkan dukungan semua pihak. Sebab program ini jika dilaksanakan dengan baik sangat mendukung visi Gubernur Papua yang Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera.

Terakhir, pada Februari lalu ada launching website iGenRe? Apa isinya?

Program Generasi Berencana (GenRe) diinisiasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini sukses menjangkau hingga ke pelosok daerah di Indonesia. Karena itu di Papua kita luncurkan website  yang namanya iGenRe. iGenRe ini untuk penguatan terhadap generasi kita, dan juga di website ini juga ada tanya jawab seputar kehidupan para remaja dan bentuknya rahasia. Dalam website  tersebut juga ada berita-berita serta sejumlah pengetahuan tentang remaja harus bebas dari seks bebas, narkoba serta HIV dan AIDS.

Facebook Comments Box