Lukas Enembe, SIP.MH

GENDERANG politik menjelang pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua periode 2018-2023 mulai ditabuh. Aroma pertarungan pesta demokrasi yang digelar pada Pilkada Serentak Jilid III, Juni 2018 ini mulai menyengat. Sejumlah kandidat yang ingin maju pun satu per satu sudah memperkenalkan dirinya ke publik. Ikut mendaftarkan diri ke Partai Politik sejak awal Juni.

Tak ketinggalan, kandidat calon petahana yang saat ini menduduki kursi nomor 1 Papua, Gubernur Lukas Enembe, SIP.MH. Rabu, 17 Mei 2017, bertempat di kota karang Biak, 29 DPC Partai Demokrat di Provinsi Papua telah mendeklarasikan Lukas Enembe sebagai calon gubernur tunggal yang diusung DPD Partai Demokrat Papua.

Sebagai pucuk pimpinan partai sekaligus gubernur, Lukas memiliki peluang yang besar untuk menang. Basis dukungan massa yang jelas, mesin partai yang kuat, kebijakan pembangunan lima tahun yang banyak menghasilkan perubahan dan kemajuan, dan sejumlah prestasi yang diraih menjadi modal kuat mendulang suara.

Rasa percaya diri nan tinggi seorang Lukas Enembe untuk memenangkan pertarungan Pilgub 2018, tak lantas membuat ia menjadi angkuh. Lukas, sebagaimana dalam kesehariannya, adalah sosok pemimpin yang rendah hati, tahu menghargai masa lalu, ramah dan mencintai rakyatnya dengan tulus, serta bijak dalam mengambil keputusan.

Sikap yang sama dipraktekkan dalam berpolitik. Ia sangat menghargai lawan politiknya. Baginya, semua kandidat adalah putra terbaik Papua yang punya hak dan kesempatan yang sama untuk menjadi gubernur. “Mari bertarung secara fair,” kata Lukas.

Politik  itu seni mencapai kekuasaan. Seni (baca: strategi) berpolitik yang sudah semestinya adalah tetap menjaga dan saling menghargai antarkandidat. Gesekan antarpendukung dalam setiap Pilkada yang mencederai demokrasi, justru terjadi ketika antarkandidat tak ada sikap saling menghargai. Benih-benih kebencian dipelihara. Kritik dan saling menghujat antarpendukung menjadi tontonan tak menarik. Sejumlah tragedi berdarah akibat Pilkada di Papua, cukuplah sudah! Toh rakyat makin cerdas.

Sebagai sebuah pesta demokrasi, Lukas ingin Pemilihan Gubernur Papua haruslah dirayakan dengan gembira tanpa kebencian, tanpa permusuhan, tanpa pertikaian, tanpa perang, apalagi korban. Dan semua itu dimulai dari diri para kandidat untuk saling menghargai, menghormati, menjaga silahturami dan tali persaudaraan dengan lawan politiknya. Tanpa mengada-ada mencari-cari kesalahan. Tanpa menjatuhkan dengan cara tak etis. Melainkan fair bertarung sebagai politisi sejati. (Redaksi/Dimuat di Majalah Papua Bangkit Edisi Juni 2017)

Facebook Comments Box