Samuel Tabuni

JAYAPURA (PB) : Aparat keamanan dari unsur Brimob Polri yang ada di kabupaten Deiyai, Papua, pada Selasa (01/08/2017)  menembak sejumlah warga sipil yang datang dan menyerang kamp perusahaan disana, karena merasa kecewa dengan sikap para pekerja di perusahaan itu.

Penembakan itu dikatakan dengan alasan guna membubarkan aksi warga yang menyerang kamp pekerja PT Putra Dewa Paniai yang tengah mengerjakan proyek jembatan Oneibo di Kampung Bomou, Distrik Tigi.

Akibatnya, sebagaimana dilaporkan dan akhirnya diakui pihak kepolisian daerah Papua, seorang warga tewas terkena tembakan dan tiga lainnya harus mendapat perawatan medis intensif.

Terkait hal ini, Sebagai tokoh muda papua yang selama ini dikenal sangat peka dan menentang setiap ketidakadilan, apalagi yang dialami masyarakat asli Papua, Samuel Tabuni menyebut apa yang dilakukan aparat Brimob di Deiyai yang menembaki warga itu sudah keterlaluan dan harus mendapatkan hukuman yang berat. Mulai komandan hingga anggotanya.

Samuel Tabuni yang juga dikenal sebagai direktur Papua Language Institute (PLI) menegaskan, harusnya aparat keamanan dalam hal ini Brimob yang berada di Deiyai lebih paham dalam menggunakan senjatanya, sesuai dengan aturan yang baku.

“Melihat kondisi terakhir ketika masyarakat saya di Deiyai dengan mudah dan gampang ditewaskan oleh Oknum Aparat POLRI dengan cara sewenang2 mengeluarkan senjata Api sebagai alat negara yang sah. Saya meminta negara harus bertanggungjawab memproses oknum pelaku dan komandannya,” tegasnya.

Dikemukakan Samuel lagi, Penggunaan senjata api di Papua harus ada protab atau SOP khusus sesuai perundang-undangan yang berlaku.

“Jika berhadapan dengan OPM silakan TNI/POLRI maju dengan senjata lengkap karena mereka bersenjata. Jika menghadapi demo mahasiswa dijalan dan konflik warga di daerah/kampung kedepankan metode yang manusiawi, mengayomi dan melindungi. Aparat Negara tentunya adalah mereka yang terdidik dan memiliki kemampuan yang lebih mapan dibandingkan dengan masyarakat Asli Papua,” urainya.

Terkait langsung dengan aksi penembakan yang dilakukan pada masyarakat Deiyai itu, Samuel Tabuni mempertanyakan kepada pihak keamanan dalam hal ini Kepolisian Daerah Papua.

“Ancaman yang diberikan oleh masyarakat saya di Deiyai benar-benar mengancam nyawa para aparat Negara dalam bertugas? Kalau Ya, Masyarakat saya pakai senjata apa? Lalu, aparat negara mendapat luka yang sangat mengancam nyawa atau salah satu dari aparat Negara tewas ditangan masyarakat Deiyai? Apakah upaya aparat menghadapi masyarakat saya di Deiyai memang harus menggunakan senjata Api lantaran kekuatan atau pressure melebihi kekuatan personil aparat Negara? Apakah proteksi nyawa para aparat Negara lebih penting atau rakyat yang dilindunginya yang lebih penting? Jika keselamatan nyawa aparat negara lebih penting untuk dilindungi, saya sangat khawatir nasib saya dan warga masyarakat di Papua?,” tanya Samuel bernada kecewa.

Dia menambahkan, Aparat TNI/POLRI tanpa ada pendidikan yang mapan tentang Ideologi dan politik Berbangsa dan Bernegara pasti mereka akan menjadi sumber potensi konflik dan kriminal/pengacau Kedaulatan Bangsa.

“A Soldier without any political or ideological education, is a Potencial Criminal,” ujar Samuel mengakhiri. (Marcel/PB)

 

Facebook Comments Box