Tim sepakbola pelajar Papua yang ikut dalam POPNAS.

SEMARANG (PB) – Tekad Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Papua untuk masuk 10 besar pada Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) XIV di Semarang, Jawa Tengah tahun 2017, semakin  berat.

Cabang olahraga potensial yang diharapkan dapat mendongkrak perolehan medali bagi Papua masuk 10 besar dari atletik hanya tinggal mimpi. Atlet atletik Papua yang diproyeksikan ke PON XX Tahun 2020 dibuat tak berdaya melawan ganasnya pelari-pelari dari Jawa Timur, DKI Jakarta, NTB, Jawa Barat dan Jawa Tengah di atas lintasan lari Stadion Kendal Semarang.

Cabor atletik yang berakhir, Sabtu (16/9/2017) DKI Jakarta keluar sebagai juara dengan 9 emas, 2 perak dan 2 perunggu, Jatim 6 emas, 1 perak dan 4 perunggu, Jawa Barat dengan 3 emas, 4 perak, 4 perunggu dan tuan rumah Jawa Tengah 2 emas, 6 perak dan 3 perunggu, NTB 2 emas, 2 perak, Bangka Belitung 2 emas, 1 perak, 1 perunggu, Lampung 2 emas, 1 perak, 1 perunggu.

Sementara NTB, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Maluku mendapat 1 medali emas, Papua yang dijuluki sebagai gudang atlet hanya mendapat 1 medali perunggu. Sementara di cabang olahraga andalan lainnya seperti  Dayung yang selama POPNAS maupun PON selalu menjadi penyumbang medali terbanyak untuk Papua pun tak berdaya. Lolos di tiga nomor final, tak satu pun yang mendapat medali emas.

Sementara dari cabang olahraga tinju, dari 9 atlet yang mengikuti POPNAS, enam atletnya harus mengakui lawan-lawannya. Dari cabor ini, provinsi tertimur Indonesia ini masih memiliki harapan untuk meraih medali emas dari Agustutus Logo, Yaya Dom dan Imanuel Saway. Agustitus Logo melaju ke semifinal dan akan berhadapan dengan petunju Nusa Tenggara Timur.

Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda Yusuf Yambe Yabdi mengaku, prestasi Papua sangat merosot. Artinya ada yang salah dalam pola pembinaan selama ini. “Lumbung medali emas Papaua adalah dayung dan atletik, tapi terbukti gagal merebut medali,” kata Yusuf yang juga Sekum KONI Papua. Karena itu, untuk meraih prestasi pada PON 2020, ia meminta agar pengurus cabor segera melakukan evaluasi, sehingga prestasinya meningkat pada pelaksanaan PON di Papua.

Yusuf mengatakan, untuk membentuk atlet berprestasi memang dibutuhkan beberapa hal, antara lain sarana dan prasarana, volume latihan, pelatih yang berkualitas, jam terbang dan program pengurus yang lebih fokus.

Angkat Kopor

Diketahui pada hari keenam penyelenggaraan Pekan  Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) 2017, lima cabang olahraga (cabor) yang gagal menyumbang medali untuk Papua sudah kembali ke Jayapura alias angkat kopor. Kelima cabang olahraga yang sudah selesai bertanding dan meninggalkan kota Semarang yakni Basket Putri, Tenis lapangan,  angkat besi, dayung dan atletik.

Ketua Kontingen Popnas Papua Idris Salama mengatakan, atlet dari lima cabor  ini gagal memberikan medali kepada kontingen Papua. Maka sesuai agenda usai pertandingan langsung kembali ke daerah. “Cabor yang sudah sudah selesai tanding, langusng pulang ke Jayapura, dari lima cabor itu, atletik hanya sumbang satu medali perunggu” aku Idris kepada wartawan disela-sela pertandingan cabang olahraga Karate, di Gor Patriot Kodam IV/Diponegoro, Sabtu (16/9/2017).

Terkait dengan prestasi atlet Papua, Idris mengaku, hingga saat ini kontingen Papua baru meraih satu medali perak dan perunggu. Kedua medali tersebut diraih dari cabor Judo dan tolak peluru. Katanya, cabor-cabor yang gagal menyumbang medali bagi Papua pada Popnas 2017 akan dievaluasi oleh Dinas Olahraga dan Pemuda.

“Jadi bukan cabornya saja, pelatih pun akan kita evaluasi semua,” tukasnya. Nantinya puncak prestasi atlet pelajar itu ada di Popnas, sehingga kalau gagal, tentunya akan dievaluasi. Kemudian  yang gagal tidak lagi bisa masuk Pusat Pelatihan dan Latihan Pelajar (PPLP), harus ikut seleksi bersama pelajar yang lainnya.

“Tahun 2019 Papua menjadi tuan rumah, nanti kita pulang ke Jayapura langsung kita lakukan seleksi atlet untuk masuk PPLP untuk persiapan kejurnas PPLP maupun Popnas sendiri,” pungkasnya. (YMF/Ed-Fri)

Facebook Comments Box