Gubernur Papua Lukas Enembe, SIP.MH didampingi Dubes RI untuk PNG, Ronald JP. Manik saat berbincang-bincang dengan GM PNG Air, Craig Chapple.

PORT MORESBY (PB)—Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP.MH memiliki keinginan yang kuat terbangunnya kerjasama ekonomi dan perdagangan antara provinsi yang dipimpinnya dengan negara tetangga Papua New Guinea (PNG). Oleh karena itu, sepekan berkunjung ke Negara sedaratan itu, hal konkret yang turut dibicarakan dalam menunjang rencana kerjasama itu adalah membuka rute penerbangan antarkedua wilayah, salah satunya ialah rute Jayapura-Mount Hagen, yaitu ibukota Provinsi Western Highlands, PNG.

Kamis (20/09), Gubernur Lukas didampingi Duta Besar RI untuk PNG, Ronald Damanik bertemu General Manager (GM) PNG Air,  Kamis (20/9/2018) Craig Chapple. PNG Air merupakan salah satu maskapai penerbangan yang beroperasi di seluruh wilayah PNG.

Dalam pertemuan tersebut, Gubernur Lukas dan Craig Chapple sama-sama menegaskan komitmen kedua belah pihak untuk mempercepat proses pembukaan rute udara yang telah direncanakan sejak tahun 2016 lalu.

“Jika jalur udara ini terbuka, maka keinginan kita untuk menjadikan Papua sebagai pintu gerbang ASEAN ke Pasifik bisa terwujud,” kata Lukas.

Menurut Lukas, awalnya rencana pembukaan rute udara ini diungkapkan delegasi PNG saat pertemuan antarpejabat perbatasan (Border Liasion Meeting) di Port Moresby tahun 2016 lalu.

Gubernur Papua Lukas Enembe bersalaman dengan GM PNG Air, Craig Chapple.

General Manager PNG Air, Craig Chapple mengatakan, untuk merealisasikan rencana ini ke depan, pihaknya telah menyiapkan pesawat jenis ATR untuk melayani penerbangan langsung Mounthagen-Jayapura, dengan jarak tempuh sekitar 1 jam 30 menit.

“Kami berharap rencana ini bisa segera terwujud. Karena rencana ini bisa menjadikan Papua sebagai hub atau penghubung,” beber Chapple.

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk PNG, Ronald JP. Manik yang mendampingi Gubernur Papua, Lukas Enembe mangatakan bahwa pembukaan rute udara antara Jayapura–Mount Hagen ini masih dalam tahapan diskusi antara kedua negara (PNG dan Indonesia).

“Tugas kita di KBRI kan hanya memfasilitasi. Keputusan tetap ada di kementerian terkait. Jika semua persyaratan telah terpenuhi, saya kira sudah harus jalan,” kata Dubes Manik.

Ronald Manik mengakui bahwa memang untuk pengurusan rute transportasi udara antarnegara lebih rumit daripada rute transportasi darat maupun laut karena menyangkut keamanan manusia antar dua negara. Selain itu, harus dipastikan juga hal-hal lainnya seperti penanganan di darat dan ketersediaan pesawat.

“Juga harus dipastikan perwakilan maskapai yang beroperasi memiliki kantor di masing-masing destinasi. Misalnya kalau pesawat dari PNG terbang ke Jayapura, lalu harus parkir lebih dari satu hari di Jayapura, ini nanti siapa yang mengurusnya? Demikian juga sebaliknya, dari Jayapura ke Mount Hagen,” ujar Ronald.

Namun Ronald optimis, rencana ini bisa terwujud. Ia pun mengapreasi langkah diplomasi Gubernur Lukas demi kemajuan dan pertumbuhan ekonomi di provinsi tertimur Indonesia ini.

“Secara kebijakan, pemerintah pusat sudah setuju pembukaan rute Jayapura–Mount Hagen ini. Sudah ada pertukaran nota diplomatik soal ini. Mungkin secara teknis ada yang belum tuntas, seperti penanganan keimigrasian, karantina, asuransi dan hal-hal teknis lainnya,” tambah Dubes Manik.

 

Bandara Sentani, Jayapura. Tampak sejumlah pesawat sedang parkir.

Pesawat Delegasi APEC Parkir di Papua

Pada November 2018, PNG akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Summit di Port Moresby. Menurut Duta Besar RI untuk PNG, Ronald JP. Manik, akibat terbatasnya lahan parkir bandara Airport Jacksonville pihaknya telah mendapat permintaan dari pemerintah PNG bahwa pada momen akbar itu, sebagian pesawat delegasi akan parkir di Sentani, Kabupaten Jayapura dan Merauke.

“APEC akan berlangsung pada bulan November 2018. Akan banyak delegasi yang datang dan akan membawa pesawat sendiri. Baik yang ukuran besar maupun kecil. Nah, daya tampung airport di sini kan tidak memadai. Sehingga pemerintah PNG perlu meminta bantuan pada negara terdekat yang mempunyai airport besar. Yang terdekat itu ya Indonesia dan Australia,” kata Dubes Manik di Port Moresby, Rabu (19/9/2018).

Dubes Ronald Manik menjelaskan, Airport besar terdekat dari PNG berada di Sentani, Merauke dan Townsville (Australia). Setelah pesawat delegasi APEC menurunkan penumpangnya, pesawat ini akan terbang ke salah satu airport dari tiga airport tersebut, selain Airport Jacksonville, untuk diparkir selama penyelenggaraan APEC.

Setelah APEC selesai, pesawat tersebut akan kembali menjemput delegasi negaranya lalu terbang meninggalkan PNG.

Bandara Mopah Merauke. Tampak bangunan ruang tunggu yang baru yang hingga kini belum difungsikan.

“Setiap pesawat yang diparkir ini nantinya akan membayar biaya parkir seperti pesawat komersial lainnya. Delegasi pemerintah PNG sudah berbicara langsung dengan Kementerian Perhubungan Indonesia. Secara prinsip sudah setuju. Tinggal finalisasi dan memastikan beberapa detail pelaksanaannya saja,” terang Dubes Ronald.

Gubernur Papua, Lukas Enembe menyambut baik rencana pemerintah PNG ini. Menurutnya, ini bisa menjadi awal yang baik untuk menindaklanjuti rencana pembukaan jalur penerbangan dari Jayapura ke Mount Hagen di PNG.

“Kami di Provinsi Papua siap membantu pelaksanaan kerjasama antara PNG dengan Indonesia ini,” beber Gubernur Enembe.

APEC Summit akan diselenggarakan di Port Moresby pada tanggal 15-17 November 2018.  Sekitar 21 negara anggota APEC, termasuk Indonesia akan hadir. Presiden Rusia, Valdimir Putin telah mengkonfirmasi kehadirannya dalam iven ini.

“PNG berada di titik yang sangat strategis di dunia dan di peta dunia. PNG dapat menarik perhatian Asia, Australia dan Selandia Baru untuk kepentingannya dan untuk kepentingan rakyatnya. Dan negara manapun dalam situasi yang sama akan melakukan hal yang sama,” ungkap Menteri APEC PNG, Justin Tkatchenko. (Gusty/RM)

 

 

Facebook Comments Box