Sebelum acara deklarasi, digelar parade etnis oleh perwakilan masyarakat nusantara baik dari dari suku adat Marin dan Muyu, juga 50 paguyuban yang tampil dengan pakaian adat dari daerah mereka masing masing, ada pula penampilan drumband dan tarian oleh pelajar serta atraksi barongsai yang dibawakan oleh etnis Tionghoa.
Acara deklarasi dihadiri oleh Bupati Merauke, Frederikus Gebze, Wakil Bupati dan jajaran Muspida setempat, mantan Bupati Merauke , Jhon Gluba Gebze, para tokoh agama, adat dan pemuda serta Staf Khusus Presiden, Ali Mochtar Ngabalin.
Salah satu pernyataan sikap adalah sepakat tidak terpengaruh oleh isu isu yang tidak benar, menolak rasis dan hoax, meminta pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten kota di seluruh Indonesia untuk memberi perlindungan dan kenyamanan bagi warga Papua yang berdomisili atau sedang studi di daerah masing masing.
“Dari negeri ini kami semua ingin seluruh sodara etnis nusantara tidak perlu takut akan kedamaian, kenyamanan dan keselamatan yang sudah kita jaga bersama sama selama ini. Sebab dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, saling menghormati, menghargai saling mengayomi dan melayani adalah prinsip yang dijalankan untuk kita semua,” ujar Frederikus.
Dia juga mengajak seluruh stake holder yang ada agar tidak terpengaruh dengan situasi yang terjadi saat ini.
Bupati Gebze juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan tinggi kepada Presiden Jokowi yang telah membangun kota Merauke dengan sangat luar biasa.
“Bahwa pesan kedamaian cinta kasih terhadap sesama manusia kita mulai dari ujung timur Indonesia ini,” ucapnya lagi.
“Mudah mudahan deklarasi cinta damai ini menjadi model miniatur dari seluruh Indonesia sebab seluruh etnis ada disini. Luar biasa dengan seluruh masyarakat nusantara dan pemerintah mereka duduk berkumpul sepanjang waktu. Sehingga sejarah, Merauke adalah kota yang tidak pernah kita dengar ada berita yang terkait situasi gangguan keamanan,” kata Ngabalin yang mengaku kunjungannya ke Merauke direspon positif Presiden Joko Widodo.