Kapolres Tolikara AKBP Leonard Akobiarek didampingi Plh Asisten II Setda Tolikara DR. Edie Rante Tasak ketika memberikan arahan kepada siswa/i SD, SMP, SMA di halaman SMA Negeri Karubaga Senin (22/09/2019).

KARUBAGA (PB.COM) – Menyingkapi situasi aksi pembakaran beberapa tempat di Kota Wamena akibat dugaan ujaran rasisme yang ditujukan kepada siswa di salah satu SMA di Wamena, Kapolres Tolikara AKBP Leonard Akobiarek didampingi Plh Asisten II Setda Tolikara DR. Edie Rante Tasak dengan sigap langsung bergerak turun ke sekolah mengumpulkan siswa – siswi Kota Karubaga di halaman SMA Negeri Karubaga, Senin (22/09/2019).

Pada kesempatan itu Kapolres Leonard memberikan arahan kepada seluruh anak  SD, SMP dan SMA untuk tidak terprovokasi dengan situasi yang terjadi di Wamena dan Jayapura.

“Adik – adik kami atau anak – anak kami SD, SMP dan SMA yang ada di Kota Karubaga bahkan di seluruh Tolikara, baru saja beberapa jam lalu kami monitor di Kabupaten Jayawijaya di Wamena yang mana anak – anak sekolah SD, SMP, dan SMA waktunya untuk duduk di dalam kelas. Namun apa yang terjadi saat ini mereka turun ke jalan melakukan demo, dan melawan aparat yang berujung anarkis,” ujarnya.

Pihaknya sudah menghubungi perwakilan di Wamena dan menurut informasi ada beberapa tempat yang terbakar, di daerah Hom – Hom, dan daerah Potikelek, di daerah belakang kantor Bupati, serta areal Bandara Wamena.

Maka dari itu ia menghimbau kepada seluruh orangtua dari anak – anak sekolah ini. Apa bila ada hal – hal bahasa – bahasa yang muncul tidak mengenakkan di sekolah, alangkah baiknya mereka langsung koordinasi dengan guru kelas atau Kepala Sekolah. Supaya anak – anak sekolah ini diberikan ruang untuk mereka belajar dengan baik, karena mereka adalah penerus bangsa.

“Kita dengar semua dari siswa minta aparat keamanan jaga kita punya sekolah. Karena itu kami perintahkan Kabag Ops Polres Tolikara bersama koramil Karubaga jaga Kota Tolikara aman terutama areal sekolah harus aman dari gangguan apapun,” kata Kapolres.

Ia berharal tidak boleh ada orang mabuk atau orang yang  coba–coba menganggu anak – anak sekolah di areal sekolah. “Pasti kami tangkap dia, kami pastikan kirimkan dia ke Wamena untuk diproses sesuai hukum,” tegas Kapolres Leonard.

Sementara itu Pelaksana harian Asisten II Setda Kabupaten Tolikara DR. Edie Rante Tasak di tempat yang sama menghimbau kepada seluruh masyarakat di Tolikara baik tua maupun muda bahkan anak – anak sekolah sekalipun, bahwa situasi yang terjadi di daerah lain khususnya yang terjadi di Wamena tidak boleh merembet ke wilayah hukum Tolikara.

“Karena yang akan dirugikan adalah kita semua, kami tidak akan menolerir siapapun yang akan menganggu ketertiban masyarakat Tolikara. Kami sudah berkoordinasi dengan pihak TNI/POLRI Tolikara bahwa siapapun yang akan mencoba – coba untuk merusak persaudaraan dan ketertiban, keamanan di wilayah Tolikara maka TIN/POLRI akan bertindak tegas untuk menanggulangi masalah tersebut,” tegasnya.

Pihaknya mengumpulkan anak – anak sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA di halaman sekolah ini supaya mereka bisa memahami situasi dan kondisi yang sesungguhnya, agar mereka tidak terprovokasi dengan kondisi yang terjadi di Wamena dan di Jayapura.

Salah satu siswi SMA Negeri Karubaga Mince Kogoya usai arahan itu minta bantuan kepada pihak aparat keamanan mengontrol anak – anak sekolah di tempat – tempat atau gedung – gedung sekolah. Karena setelah terjadi situasi di Wamena ia ketakutan sehingga konsentrasi sekolah pun terganggu.

“Kami minta aparat kemanan baik Polisi dan TNI jaga kita, kita tidak mau situasi yang terjadi di Wamena timbul lagi di Tolikara,” harap siswi kelas tiga IPS ini.

Kepala Sekolah SMA Negeri Karubaga Tiep Jigibalom, S.Pd menegaskan ujaran kebencian atau ujaran rasisme terhadap mahasiswa Papua di Jawa tepatnya di kota Surabaya dan ujaran rasisme yang sama juga ditujukkan kepada siswa/i di salah satu SMA di Wamena itu sangat disesalkan dan hal itu akan membuat situasi persaudaraan memburuk. Karena itu kami berharap hal serupa tidak boleh merembek di wilayah Tolikara.

Menurutnya, daerah Tolikara belum maju, namun pihaknya tidak pernah menanamkan perbedaan antara sesama siswa pendatang dengan siswa asli Tolikara, apalagi mau mengatakan kata – kata rasisme.

“Kami menghimbau kepada seluruh orang tua siswa tidak boleh terpengaruh dengan situasi yang terjadi di kota lain. Wilayah Indonesia luas kita memiliki ragam budaya dan karakteristik berbeda – beda karena itu kita sebagai guru bagaimana caranya mengelola dengan baik. Kalau tidak dikelola dengan baik tentu yanga akan terjadi perpecahan. (Diskominfo Tolikara/Frida)

Facebook Comments Box