Kadinkes Papua Aloysius Giyai menandatangani komitmen dukungan atas inovasi proyek perubahan Puskesmas Udara yang digagas Kadinkes Nduga, Innah Gwijangge yang bediri di sampingnya.

JAYAPURA (PB.COM)Mengatasi sulitnya jangkauan pelayanan kesehatan ke daerah terisolir, Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, Papua melakukan sebuah inovasi program terobosan bertajuk Puskesmas Udara. Layanan kesehatan terbang melalui helikopter ini sudah dimulai bulan ini dan telah menjangkau 3 Puskesmas dan 5 distrik.

Kepala Dinas Kesehatan Nduga, Innah Gwijangge, S.ST.M.Keb.MH.Kes kepada pers di Jayapura usai Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) Provinsi Papua di Fave Hotel Jayapura, Kamis (28/11/2019) mengatakan terobosan ini dimulai sejak bulan November 2019, dimana sumber pendanaan awal sebesar Rp 400 juta dari Kementerian Kesehatan melalui Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Sekretaris Dinas Kesehatan Papua Silwanus Sumule menandatangani komitmen dukungan atas inovasi proyek perubahan Puskesmas Udara yang digagas Kadinkes Nduga, Innah Gwijangge

“Ada 3 Puskesmas yang telah kami layani dengan program ini yakni Geselma, Gearek, Wosak. Program ini sangat membantu karena dapat meningkatkan cakupan sub PIN Polio dari 4,64 persen sekarang sudah naik menjadi 20 persen,” kata Innah.

Menurut Innah, sesudah ujiboba pertama dan berhasil, di awal Desember ini pihaknya akan mengirim petugas Puskesmas Udara cluster kedua dimana pendanaannya bersumber dari setiap Puskesmas di Nduga dengan besaran masing-masing senilai Rp 190 juta.

“Dana ini kami sudah terima dan bayar helikopter senilai Rp 1,4 miliar untuk tim yang turun di 12 Puskesmas. 8 Puskesmas yang teregritasi, 4 Puskesmas yang belum teregistrasi. Kita sewa helikopter sejam bayar Rp 38 juta,” kata Innah.

Kepala Dinas Kesehatan Nduga, Innah Gwijangge, S.ST.M.Keb.MH.Kes berpose dengan Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto.

Innah menjelaskan Puskesmas Udara yang dimaksud adalah menyediakan satu armada helikopter yang berisi lengkap dengan tenaga medis, alkes, obat-obatan, vaksin dan semua kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

“Rata-rata 5 petugas, jadi ada bidan, perawat, kesling, analis, gizi. Untuk sementara, kami belum ada dokter untuk pelayanan ini. Satu hari kami bisa layani 2 Puskesmas. Kemarin helikopternya agak kecil, nanti berikutnya heli lebih besar jadi petugas lebih banyak,” katanya.

Ia mengakui pelayanan kesehatan di Kabupaten Nduga mendapat beberapa tantangan hebat. Di antaranya, kondisi geografisnya yang menantang, ketiadaan trasportasi udara, kekurangan SDM kesehatan, dan anggaran.

“Tahun 2020 kami sudah ajukan di APBD Kabupaten Nduga untuk melanjutkan program ini. Semoga lolos. Tentu saja dukungan dari Pemprov Papua dan Kementerian Kesehatan juga sangat kami harapkan,” tuturnya.

Kepala Dinas Kesehatan Papua drg. Aloysius Giyai, M.Kes mengapresiasi inovasi proyek perubahan di bidang kesehatan yang dilakukan Kadinkes Nduga. Sebab melihat kondisi geografis Nduga, inovasi pelayanann ini tepat.

“Apalagi ini daerah konflik, masyarakat tak bisa datang di Puskesmas. Karena itu kami mengapresiasi kebijakan ini karena sistem jemput bola, ya dengan helikopter. Pesan saya, kebijakan ini wajib didukung oleh Pemda Nduga, Provinsi Nduga dan Kementerian Kesehatan. Kami setuju seratus persen,” kata Aloysius.

Untuk mendukung kebijakannya ini, saat acara Rakerkesda, Innah juga meminta dukungan dari seluruh kepala dinas kesehatan dan direktur rumah sakit se-Provinsi Papua dengan menandatangani komitmen dukungan. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box