Ketua Tim Pemulangan Mahasiswa Eksodus Papua, Pendeta Alexander Mauri, didampingi Direktur PAK HAM Papua Matius Murib dan Ketua Umum DPN PAP Yan Christian Arebo, saat jumpa pers, Minggu (12/1/2020).

JAYAPURA (PB.COM)— Ratusan mahasiswa eksodus Papua terancam tidak bisa kembali ke kota studi karena adanya intimidasi dari sekelompok pemuda yang juga mahasiswa eksodus.

Ketua Tim Pemulangan Mahasiswa Eksodus Papua, Pendeta Alexander Mauri, mengemukakan ratusan mahasiswa eksodus saat ini masih tertahan di Wamena, Jayapura dan sejumlah daerah di Provinsi Papua, karena adanya intimidasi tersebut.

Mauri menyebutkan, telah mendaftar sebanyak 620 mahasiswa eksodus yang tersebar di Jayapura dan Wamena, sedangkan Yahukimo sekitar 30 mahasiswa. Sementara, dari kabupaten lain  belum terdata.

“Tapi dari 620  mahasiswa eksodus, ternyata  baru 62  mahasiswa yang berhasil diberangkatkan ke kota studinya di sejumlah daerah di Tanah Air sejak akhir tahun 2019 hingga bulan ini,” ungkap Mauri yang dalam jumpa pers didampingi Direktur Perhimpunan Advokasi Kebijakan Hak Asasi Manusia  (PAK HAM) Papua  Matius Murib dan Ketua Umum DPN Pemuda Adat   Papua (PAP) Yan Christian Arebo di  Hotel Mercure, Jayapura, Minggu (12/1) kemarin.

Mauri mengakui, terkait pemulangan mahasiswa eksodus ini, pihaknya mendapat tugas dari Polda Papua dan Kodam XVII/Cenderawasih, untuk mengkoordinir.

Sementara itu terkait adanya intimidasi, Mauri mengaku, timnya telah menempuh upaya hukum. “Kami telah membuat laporan Polisi, karena tindakan mereka telah merugikan mahasiswa yang ingin kembali ke kota studi, untuk melanjutkan kuliah. Bahkan ada mahasiswa yang terpaksa  batal  wisuda,”  tegas Mauri.

Di tempat yang sama, Matius Murib mengaku karena keterlibatannya dalam tim pemulangan mahasiswa eksodus, dirinya juga mendapat intimidasi dan didemo sekelompok pemuda tersebut sejak September 20109 lalu.

Masing-masing di Kantor PAK HAM Papua di Padang Bulan, Distrik Abepura, Kota  Jayapura. Bahkan di   Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, ketika sejumlah mahasiswa   hendak  kembali ke  sejumlah kota studinya.

Matius mengaku, total sebanyak empat kali adanya aksi intimidasi,  untuk menghentikan pemulangan mahasiswa eksodus ke sejumlah  derah di Indonesia.

“Mereka memaksa saya menghentikan pemulangan mahasiswa eksodus ke kota studinya, sebelum mereka bertemu Gubernur Papua dan Ketua MRP,” bebernya  .

Sementara itu, Yan Christian Arebo menyesalkan tindakan intimidasi yang menghalangi  pemulangan ratusan mahasiswa eksodus  ke kota studinya. “Tindakan mereka telah merugikan masing-masing orang tua yang telah bersusah –payah membiayai kuliah anak-anaknya di luar Papua,” tegas Arebo.

Ribuan mahasiswa Papua yang sedang menempuh pendidikan di sejumlah kota studi di pulau jawa, Bali dan Sulawesi terpaksa kembali ke Papua, menyusul tindakan ujaran kebencian/rasisme terhadap mahasiswa Papua di Asrama Kalasan, Surabaya, Sabtu (17/8) lalu. (Andi/Frida)

Facebook Comments Box