Ernawati bersama keluarganya saat dikunjungi Wakil Jubir Satgas Covid-19 Papua, dr. Aaron Rumainum, M.Kes di kediamannya di Kepi, Kabupaten Mappi, Selasa (24/03/2020)

JAYAPURA (PB.COM)—Suara Ernawati (46 tahun) di ujung telpon, terdengar sedikit ragu. Ada rasa takut untuk bercerita, ketika papuabangkit.com menghubunginya, Kamis pagi (09/04/2020). Sang suaminya, Andi Rahmad Najib, adalah pasien Covid-19 pertama di Provinsi Papua dan kini sudah sembuh.

Ia menuturkan, saat ini, Andi masih berada di rumah orang tuanya di Merauke. Sebab sesuai SOP penanganan pasien Covid, sesudah pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan dinyatakan negatif alias sembuh, si pasien diperbolehkan pulang ke rumah, tetapi wajib menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari lagi.

“Sejak tanggal 15 Maret, kami belum keluar rumah. Kami sudah dapat kabar dari Tim Satgas dari Jayapura bahwa hasil kami negatif. Kalau bisa pemerintah beri tahu ke masyarakat bahwa kami ini sudah aman, kami tidak menularkan ke orang lain biar masyarakat bisa berinteraksi dengan kami. Memang kali lalu ada rencana dokter di sini mau kasih surat keterangan ke kami bahwa hasilnya negatif. Masalahnya, dengan surat itu belum tentu masyarakat tahu dan bisa percaya. Mereka bisa berpikir kami ngaku-ngaku saja dan tetap jauhi kami,” kata Ernawati.

Ernawati adalah guru matematika SMK Negeri 1 Obaa. Sementara suaminya Andi berwiraswata. Mereka memiliki 4 orang anak. Dua di antaranya berada di Jawa untuk melanjutkan studi. Di Kepi, ibukota Kabupaten Mappi, mereka memiliki toko  kelontongan. Namanya Bhakti.

“Kami belum buka toko sampai sekarang. Saya mengerti, bahwa pemahaman masyarakat terhadap virus Corona ini tidak sama. Takutnya mereka bereaksi lain. Jadi kami berada di rumah saja,” ujarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan mentah seperti sayur, Ernawati mengaku ia selalu meminta bantuan saudaranya di Kepi untuk membeli dan mengantarnya. Biasanya empat hari sekali. Dan Ernawati hanya mengambilnya di pintu gerbang rumah. Tak berani keluar.

“Kami benar-benar dalam rumah saja. Jadi bagaimana reaksi orang di luar terhadap kami, kami tidak tahu. Tapi dengar-dengar, banyak orang memang menjauhi kami. Saya mengerti karena ini penyakit baru dan menakutkan. Tapi ibaratnya bisa memilih, kalau penyakit ini bisa dihindari, ya pasti suami saya juga mau menghindar. Ya pemikiran orang beda-beda jadi saya juga mengerti,” urainya.

Ernawati mengisahkan, keinginannya untuk memeriksakan diri adalah niat pribadi. Itu terjadi usai suaminya mengabarinya lewat telpon bahwa rekannya yang sama-sama menghadiri Seminar Masyarakat Anti Riba di Bogor, meninggal dunia.

“Saya jadi ketakutan waktu itu. Jadi saya telp dokter langganan BPJS saya. Karena sebelum ke Merauke, saya sempat kontak dengan suami saya lima hari selama di Kepi. Saya tanya ke dokter itu, apa yang harus saya lakukan agar saya tidak menularkan ke orang lain, karena saya takut saya sudah tertular. Mereka minta kami isolasi diri. Jadi tanggal 15 Maret itu saya mulai tidak pergi mengajar. Dua anak saya juga tidak pergi sekolah,” tutur Ernawati.

“Tapi yang saya dengar, anak-anak saya juga dibilang sudah kena Corona. Ya mungkin karena mereka anak-anak, dan apalagi orang tuanya juga tidak beri penjelasan yang baik biar mereka mengerti. Jadi anak-anak saya di dalam rumah saja,” lanjutnya.

Ia berharap, dari kasus yang dialaminya, masyarakat dimana pun jangan terlalu menyudutkan keluarga pasien Covid. Sebab virus ini datang sebagai bencana yang tak terduga. Siapa saja bisa kena.

“Dan dampaknya juga ke masyarakat. Kasus ini kan suami saya dan keluarga di-bully habis-habisan di media sosial dengan bahasa-bahasa yang tidak enak. Kita menjaga dampaknya, jangan sampai orang yang punya gejala Corona, dia takut melapor ke petugas kesehatan untuk memeriksakan diri. Dia sembunyikan, lalu tularkan keluarga dan orang lain, kan lebih bahaya,” kata Ernawati.

Wakil Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Provinsi Papua dr. Aaron Rumainum, M.Kes meminta Pemerintah Daerah Kabupaten Mappi segera mengumumkan hasil pemeriksaan laboratorium 21 Orang Dalam Pemantauan (ODP) terkait dengan kasus pasien covid pertama di Papua.

Sebab berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan Litbangkes Papua dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) pada 27 Maret 2020, sebanyak 7 keluarga pasien dan 14 petugas medis dan penumpang itu negatif alias tidak terpapar virus corona.

“Saya minta dengan segala kerendahan hati dan hormat, Pak Bupati umumkan secara terbuka di hadapan masyarakat Mappi bahwa hasil PCR yang merupakan hasil konfirmasi tertinggi tanggal 27 Maret dinyatakan negatif,” ujar dr. Aaron kepada papuabangkit.com lewat telepon selulernya. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box