ketupat lebaran/foto google

Oleh: Peter Tukan*

KETUPAT Lebaran senantiasa hadir pada setiap perayaan Idul Fitri. Rasa-rasanya, silaturahmi dan Halal-bi Halal belum  terasa lengkap apabila belum  dihidangkan ketupat Lebaran. Setiap kartu ucapan Selamat Idul Fitri  disusul  “Minal Aiidin wal faaizdiin” pun selalu  dihiasi foto, dan karikatur  ketupat Lebaran.

Malahan, untuk menjamin ketertiban, kelancaran dan keamanan perayaan akbar  Idul Fitri,  Polri bersama jajarannya di seluruh wilayah Indonesia menggelar operasi Kamtibmas bersandikan “Ketupat” atau sering disebut “Operasi Ketupat”.

Sekitar  H-4 Idul Fitri, para pedagang di pasar rakyat mulai beramai-ramai menjajakan kulit ketupat yang terbuat dari pucuk daun kelapa (janur). Namun pada saat pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Papua, banyak sekali penjual sayur-mayur menjajakan jualan mereka dengan menggunakan sepada motor. Mereka membawa juga kulit ketupat selain sayur, ubi-ubian dan buah-buahan. Mereka mendatangi rumah-rumah penduduk untuk menawarkan jualan mereka termasuk kulit ketupat.

Berbicara tentang ketupat,secara spontan orang membayangkan pucuk daun kelapa. Janur ini tidak hanya dimanfaatkan untuk membuat kulit ketupat tetapi juga dijadikan ornamen (hiasan) penuh makna ketika sebuah keluarga menggelar perhelatan pernikahan anggota keluarga. Janur kuning melengkung di gerbang tempat digelarnya acara dan resepsi pernikahan.

Ketika janur kuning sudah melengkung maka  pertanda  pasangan calon suami-istri itu  sudah  resmi,  sah dan meyakinkan menjadi suami-istri. Tanda ada kehidupan baru dengan terbentuknya satu keluarga baru.

Prof.Dr.Florentinus Gregorius Winarno – Guru Besar  di bidang Ilmu Pangan dan Tekologi IPB Bogor alumnus Universitas Massechussetts, AS mengatakan bahwa kelapa itu merupakan tanaman yang paling berguna di dunia. Tanaman kelapa mampu menyediakan pangan, minuman, perlindungan atau papan, perlengkapan upacara, dan ketahanan finansial. Jarang bahkan sangat kecil ada bagian dari tanaman kelapa yang terbuang percuma.

“Sebagian besar masyarakat di negara penghasil kelapa, seperti Indonesia dan Filipina, sangat bergantung pada tanaman ini untuk kelangsungan hidup mereka.  Di Indonesia tanaman kelapa disebut memiliki berbagai manfaat sebanyak sejumlah hari dalam satu tahun,” katanya.

Hampir semua bagian kelapa memiliki manfaatnya masing-masing, mulai dari daging kelapa yang penuh gizi, juga mengandung minyak kelapa. Juga ada kulit batok, serabut, akar dari pohon, bunganya dan batang kayunya.  Tidak ketinggalan tempurung kelapa, arang yang memiliki khasiat mencegah aborsi racun ke dalam tubuh; serabut kelapa yang dapat dijadikan tali (twine) dan daun kelapa yang dapat dijadikan topi, sapu, dan kipas, kursi dan atap rumah.

Air kelapa muda  – terutama ketika umat Muslim menjalani Puasa Ramadhan, selalu menjadi minuman penyegar mengusir rasa dahaga. Air kelapa hijau dipercaya sebagai obat penawar racun. Mungkin karena dipercaya sebagai obat tradisional penawar racun itulah maka di daerah tertentu, air kelapan muda dimanfaatkan dalam upacara adat oleh  masyarakat tradisional  sebagai simbol penyejuk dan pengusir roh-roh jahat.

Air kelapa muda dipandang sebagai lambang kesegaran, kedamaian dan keselarasan. Simbol ini banyak dipakai dalam upacara perkawinan adat. Seperti air kelapa muda menyejukkan dan menyegarkan, demikian juga perkawinan menciptakan keselarasan dan kedamaian.

Janur kelapa menjadi bahan pembuatan kulit ketupat dengan berbagai jenis seperti ketupat kerbau, ketupat anak burung, ketupat bakul, ketupat bantal, ketupat bawang, ketupat jantung, ketupat siput, ketupat burung merpati, ketupat segi tiga, ketupat sate, ketupat pasar dan ketupat panganten.

Tanda sarat makna

Idul Fitri adalah Hari Raya Kemenangan, hari raya terbukanya  pintu saling memaafkan, hari terbukanya gerbang perdamaian, persaudaraan dan kesetiakawanan (solidaritas) antarsesama manusia. Hari raya memperteguh persaudaran insani umat manusia.

Apabila pada hari kemenangan ini, orang menghidangkan ketupat Lebaran maka itu adalah tanda   hari yang sejuk -penuh rakhmat dan berkat,  penuh damai, kegembiraan, sukacita dan hari  yang keramat untuk saling memaafkan satu sama lain.

Umat Muslim selama bulan suci Ramadan tidak henti-hentinya khusuk berdoa – menyembah Allah yang Esa, memanjatkan puji syukur atas kebesaran Allah SWT sembari memohonkan Rakhmat Pengampunan dariNya.

Mereka menyadari bahwa berdoa itu efektif kalau manusia melakukan apa yang didoakan.  Kita minta ampun pada Allah SWT, maka jangan lagi menaruh dendam dan benci pada orang yang melakukan kesalahan pada kita.

Apabila janur itu merupakan tanda (simbol)  hidup baru, damai dan kesejukan maka ketupat Lebaran yang dihidangkan pada hari kemenangan ini pun merupakan tanda nyata akan suatu kehidupan baru setelah menjalani Puasa Ramadan selama sebulan penuh. Hari baru, bulan baru, pucuk janur yang baru adalah tanda nyata manusia memulai babak baru di dalam peziarahan hidupnya. Langit yang baru dan Bumi yang baru menyatu di  Hari Raya Idul Fitri dengan hidangan ketupat Lebaran yang sarat makna.

Bagaimanapun juga seluruh perjalanan  hidup manusia di muka bumi ini tidak terlepas dari tanda dan simbol.  Tanda berfungsi menyampaikan, mewakili atau menunjuk kepada sesuatu yang lain. Tanda hanya memberikan  informasi. Tiap simbol dapat disebut tanda, namun tiap tanda tidak dapat disebut simbol.

Simbol tidak dapat disamakan dengan tanda pada umumnya, juga tidak dengan gambaran pada khususnya. Menurut hakekatnya, simbol termasuk tanda-tanda kultural, sebagai tanda mufakat, yang sekaligus berfungsi menyatakan suatu realitas yang tidak tampak. Simbol mengungkapkan arti dari sesuatu yang tak terselami.  Simbol menghantar kita kepada dunia yang belum dikenal melalui suatu analogi. (DR Niko Hayon: “Ekaristi –Perayaan Keselamatan dalam Bentuk Tanda”,1985)

Pada Hari raya Idul Fitri, kita saling berjabatan tangan, mengirimkan kartu ucapan selamat, menghidangkan ketupat Lebaran – yang semua itu merupakan tanda yang menyatakan hasrat hati dan sikap batin manusia untuk saling memaafkan satu sama lain, meninggalkan manusia lama,  melepaspergikan masa lalu untuk menyongsong hari baru, menjadi manusia baru, manusia hari ini dan hari esok yang  lebih baik lagi.

Pada Hari Raya yang penuh rakhmat dan berkah itu, ada tradisi di dalam keluarga yakni anak-anak bersimpuh  di kaki orangtua. Hal ini  sebagai tanda merendahkan diri, penyesalan, hormat dan setia.

Tanda nyata  Idul Fitri yang dipetik di saat menimkati hidangan ketupat Lebaran antara lain adalah syawal – bangkit dengan hati yang tabah, bangkit dengan wajah  yang gagah dan bersemangat untuk menjunjung dan melaksanakan perintah Allah SWT, perintah tugas dan tanggungjawab. Idul Fitri adalah kembali kepada fithrah – kesucian dengan saling maaf memafkan dan kasih sayang. “Sayangilah makhluk di bumi, niscaya kalian disayangi oleh penghuni langit,” sabda Rasulullah SAW.

Tugas penting dan mendesak bagi  kita semua  (tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, usia dan jenis kelamin serta profesi) setelah merayakan Hari Kemenangan – Idul Fitri 1441 H adalah terus-menerus  menenun dan memperkuat benang-benang  Persaudaraan Insani untuk  Tanah Papua yang Damai dan Sejahtera. Kita semua diutus menjadi tanda harapan baru bagi banyak orang.

Selamat menikmati ketupat Lebaran di hari yang fitrah ini!  Minal Aiidin wal faaizdiin – Mohon maaf lahir dan batin!

*Peter Tukan : Wartawan aktif 1980-2010

Facebook Comments Box