Sebanyak 253 orang anak Papua mendapat beasiswa dari Kemenag RI untuk menjalani studi pada Perguruan Tinggi Kristen Negeri (PTKN) di enam kota besar di luar Papua.

JAYAPURA (PB.COM) – Kementerian Agama memberikan beasiswa pendidikan bagi 253 orang anak Papua untuk menjalani studi pada Perguruan Tinggi Kristen Negeri (PTKN) di enam kota besar di luar Papua.

Menteri Agama Fachrul Razi kepada wartawan di Jayapura, Kamis (3/9/2020) usai pencanangan program Kita Cinta Papua mengatakan, program pemberian beasiswa tersebut sebagai wujud memajukan pendidikan di Papua.

“Tahap pertama ini kami ingin mengirim 253 orang anak Papua untuk sekolah pada enam kota besar di Indonesia, minimal mereka jenjang pendidikan Strata Satu (S1),” terangnya.

Kata Fachrul, jika putra-putri Papua tersebut ingin melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi lagi, Kemenag akan memberikan siswa studi pendidikan ke luar negeri.

“Setelah itu jika ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri, kami punya program 5.000 doctor akan kami lanjutkan,” tandasnya.

Ia menjelaskan, Kemenag memberikan bantuan sebesar Rp 65 miliar untuk Papua bagi semua agama digunakan untuk beasiswa, pembangunan rumah ibadah, perbaikan sekolah dan kegiatan terkait pendidikan.

“Saya pesan kepada 253 orang anak agar betul-betul belajar yang baik, karena nanti program ini akan berlanjut. Jangan sampai tahun depan ada masuk lagi mereka masih pada tingkat yang sama,” harapnya.

Sementara itu Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Papua Lipius Biniluk mengaku pemberian beasiswa tersebut merupakan program lima tahunan Kemenag. “Program beasiswa tersebut bagus, kami senang dengan program ini,” ucapnya.

Mengenai kerukunan umat beragama di Papua, ia mengatakan kerukunan umat beragama di Papua menjadi pegangan bagi masyarakat Papua.

“FKUB harus menjaga kerukunan umat beragama, perbedaan apapun. Saya selalu berpesan jika ada pahama-paham radikal masuk ke Papua harus dilaporkan,” tandasnya.

Menurutnya, FKUB Papua selama ini terus memproteksi ajaran-ajaran radikal yang masuk ke Papua. “Ajaran-ajaran yang sedikit memanasi orang di sini (Papua) tidak boleh,” tambahnya. (Toding)

Facebook Comments Box