Warga saat melakukan reboisasi di sekitar kawasan cagar alam Cycloops.

JAYAPURA (PB.COM) – Kepala Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Papua, Yan Yap Ormuseray mengakui, sejauh ini aktifitas perambahan hutan oleh masyarakat terpantau lebih banyak di Kota Jayapura dibanding Kabupaten Jayapura.

Diketahui, kawasan Cagar Alam Cycloops berada di dua wilayah administrasi di Papua, yakni Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. Data Dinas KLH Papua mencatat, luas kawasan dan penyangga CA Cycloops di Kabupaten Jayapura yakni 24.204,82 hektar, sementara di Kota Jayapura 7.275,06 hektar.

“Di Kota Jayapura ini memang kelihatan cukup besar yang mengalami perambahan baik di kawasan inti maupun penyangga, terutama di kawasan Buper Waena, Bhayangkara hingga Pasir Dua serta di kawasan sumber mata air Kampwolker,” katanya kepada wartawan di Jayapura.

Menurutnya, Pemerintah Papua sebenarnya sudah mewacanakan untuk merelokasi warga yang bermukim di sekitar kawasan CA Cycloops sejak 2019 lalu, guna mencegah aksi perambahan yang tak terkendali. Namun, wacana ini belum terlaksana akibat pandemi Covid 19.

“Warga setempat mendukung asalkan Pemerintah bisa menyiapkan area pengganti bagi mereka sebagai tempat tinggal dan kegiatan ekonominya. Tapi kita sadari sudah hampir setahun ini dilanda pandemi dan adanya recofusing anggaran sehingga menghambat realisasi rencana tersebut,” bebernya.

Ia pun mengimbau oknum warga untuk menghentikan aktifitas perambahan di kawasan dan penyangga CA Cycloops. Hal ini penting guna meminimalisir terjadinya bencana alam yang berpotensi merenggut banyak korban jiwa maupun materil.

“Saya imbau aktif menanam pohon dan bagi para perambah lebih baik stop sudah. Jangan tembang pohon dari pada bencana itu datang lagi dan kita sama-sama terima bencana yang terjadi karena ulah manusia yang tidak bertanggungjawab,” tutupnya.

Sementara itu, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Papua menargetkan melakukan pemulihan ekosistem di kawasan Cagar Alam Cycloop dengan luasan mencapai 2.400 hektar selama lima tahun.

Kepala BBKSDA Papua, Edward Sembiring mengatakan, 2.400 hektar itu merupakan area terbuka di kawasan CA Cycloop yang di antaranya telah mengalami degradasi akibat faktor alam dan aktifitas perambahan.

“Pemulihan ekosistem ini salah satunya dengan kegiatan rehabilitasi. Tahun ini, kami sudah melakukan penanaman bibit pohon di area seluas 100 hektar dan dibantu pihak PLN 10 hektar. Semua yang kita lakukan melibatkan masyarakat,” terang Edward.

Edward pun mengaku masih terus melakukan komunikasi dengan Pemerintah Daerah setempat untuk mencari solusi atas persoalan kependudukan di kawasan CA Cycloop, termasuk di zona penyangganya.

“Kita tidak memungkiri ada aktifitas masyarakat di kawasan ini. Tetapi yang pasti bukan dari perusahaan. Makanya kami komunikasi terus dengan Pemda untuk mencari solusinya,” tambah Edward. (Toding)

Facebook Comments Box