Kepala Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR) Kabupaten Merauke dr. Inge Silvia.

 

JAYAPURA (PB.COM)—Kabupaten Merauke mencatat nama sebagai daerah pertama di Papua yang menemukan kasus pasien yang disebabkan oleh dua virus yang berbeda yakni Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada 1992 dan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada Maret 2020.

Namun sayangnya, tingkat ancaman kematian penderita HIV-AIDS atau dikenal  Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) lebih tinggi dibandingkan dengan pasien Covid-19 di kabupaten yang terletak di Selatan Papua ini.

“Tahun ini saja, sejak Januari 2020 sudah ada 12 orang meninggal karena HIV-AIDS. Sementara pasien Covid di Merauke belum satu pun meninggal,” kata Kepala Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR) Kabupaten Merauke dr. Inge Silvia kepada papuabangkit.com, Rabu (10/06/2020) melalui telepon selulernya.

Sementara berdasarkan data per 9 Juni 2020, jumlah kumulatif kasus Covid di Merauke sebanyak 15 kasus, dimana 1 orang dalam perawatan, 14 orang sembuh dan belum ada kasus kematian.

Menurut Inge, kendati Pemerintah Daerah Merauke tengah fokus mencegah, mengendalikan dan menangani wabah Covid dengan mengalokasikan anggaran ke sana, namun perhatian dan pelayanan terhadap ODHA  tetap berjalan normal.

“Pelayanan bagi ODHA di Klinik Animha tetap jalan, tentu saja dengan mengikuti protokol Covid, harus diskrining dulu sebelum dilayani. Untuk obat ARV stoknya aman. Tapi untuk kegiatan VCT yang dilakukan PKR ke kelompok-kelompok resiko tinggi, terhenti dua bulan, April Mei. Karena bar, diskotik, karaoke dan lokalisasi kan ditutup dulu sesuai surat edaran Bupati. Tapi Juni sudah kita buka,” katanya.

Hanya saja, kata Inge, berdasarkan informasi yang diterimanya, saat ini sejumlah pasien ODHA yang ditampung di rumah singgah Yasanto Merauke sangat membutuhkan bantuan bahan makanan. Sebab asupan makanan bergizi sangat diperlukan untuk menjaga imun di masa pandemi Covid ini.

“Kita bersyukur, belum satu pun ODHA yang kena Covid di Merauke. Namun mereka butuh bantuan dan perhatian terhadap pasien ODHA yang ada di rumah singgah Yasanto bagi mereka yang ekonomi lemah,” katanya.

Ia mengatakan, sejak ditemukan kasus HIV pertama kali di Merauke tahun 1992, hingga April 2020 terdapat 2.396 ODHA, dimana 1.101 pasien (46 %) berjenis kelamin laki-laki, 1.249 perempuan (52 %) sedangkan 46 tak diketahui (2 %).

Kantor Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR) Kabupaten Merauke.

“Dulu pada awal kasus HIV ada di Papua, Kabupaten Merauke adalah daerah dengan kasus HIV tertinggi di Provinsi Papua. Sekarang Merauke sudah urutan ke-7. Berarti penambahan kasus HIV di Merauke sudah berkurang. Saat ini rata-rata penambahan pasien ODHA per tahun rata-rata 100-140 orang. Kita masih di bawah Nabire dan Mimika yang rata-rata per tahun bertambah 300-an orang,” kata Inge.

Inge menegaskan, salah satu tupoksi PKR yang dipimpinnya yaitu melakukan pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV. Jika pemeriksaan menunjukkan hasil reaktif, maka pihaknya akan merujuk pasien itu ke Klinik Animha milik pemerintah yang terletak di bagian belakang RSUD Merauke itu.

Pelayanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) juga tersedia di seluruh fasilitas kesehatan di Merauke. Baik di 4 rumah sakit, 25 Puskesmas, maupun fasilitas lain seperti klini, balai pengobatan dan bidan praktek.

“Kelompok resiko tinggi HIV ini sekarang justru ada di masyarakat. Dan delapan tahun terakhir didominasi oleh Ibu Rumah Tangga. Ini terjadi karena pemeriksaan rutin HIV terhadap ibu-ibu hamil melalui Triple Eliminasi sejak 2017 di Merauke. Jadi temuan kasus pada ibu hamil cukup tinggi. Kita tidak tahu, apa ibu-ibu yang berperilaku atau karena pasangannya,” kata Inge. (Gusty Masan Raya)

Facebook Comments Box